Dari Bangkrut Jadi Mendunia: Kisah Sukses Pemilik Alat Musik Bambu Virageawi
Bandung Barat, Headline.co.id – Siapa yang mengira bahwa keyakinan dan keteguhan seorang pengusaha yang pernah bangkrut bisa membawanya bangkit dan meraih kesuksesan dunia? Inilah kisah Adang Muhidin, pendiri kerajinan alat musik Virageawi berbahan baku bambu.
Usai lulus jenjang S2 dan bekerja di bagian riset perusahaan di Jerman, Adang kembali ke Indonesia untuk merintis usaha. Namun, usaha pertamanya mengalami kegagalan hingga bangkrut pada 2009.
Alih-alih menyerah, Adang justru memulai usaha baru berupa kerajinan tangan berbahan baku bambu. Terinspirasi dari seruling bambu yang ia lihat di masjid, Adang pun menciptakan biola dan gitar bass dari bahan unik tersebut.
“Biola pertama dibeli orang Jepang Rp 3,5 juta dan bass dibeli Rp 4 juta oleh orang Rumania,” kenang Adang.
Hasil penjualan itu ia gunakan sebagai modal awal untuk meningkatkan produksi dan penjualannya. Tak hanya menarik minat pembeli mancanegara, alat musik Virageawi juga pernah mentas di ajang musik Jazz tahunan di Jakarta pada 2013.
Meski sempat diragukan banyak orang karena harganya yang mahal, Adang tetap yakin dengan produknya dan menggunakan merek dagang Virageawi, yang berarti “hanya bambu” dalam bahasa Sunda.
Filosofi Virageawi adalah mengolah bambu menjadi berbagai produk berkualitas dan bernilai tinggi, mematahkan stigma bahwa olahan bambu tidak bernilai ekonomis.
Hasilnya, produk Virageawi diakui di mancanegara, seperti Prancis, Jepang, Rumania, Filipina, India, dan Malaysia. Setiap tahun, Virageawi memproduksi 36 jenis produk berdasarkan pesanan, dengan harga berkisar Rp 14 juta hingga Rp 50 juta per set.
Keunikan produk alat musik Virageawi bahkan mendapat apresiasi dari Presiden Joko Widodo yang memesan drum pada 2017. Setahun kemudian, Perdana Menteri Malaysia juga memesan drum serupa dengan corak batik khas Malaysia.
Tak hanya dikenal dunia, kluster Virageawi juga berkontribusi pada ekonomi masyarakat Desa Cimareme dengan memanfaatkan bahan baku bambu dan rebung, serta membentuk kelompok perempuan kreatif yang memproduksi makanan dan kerupuk daun bambu. Selain itu, Virageawi juga melibatkan para difabel dalam rumah produksinya.
Dukungan BRI juga menjadi faktor penting kesuksesan Virageawi. BRI memberikan modal sejak 2014 dan membantu mendaftarkan produk alat musik Virageawi ke Hak Kekayaan Intelektual (HKI). BRI juga membantu Virageawi mengikuti pameran-pameran di luar negeri untuk mendapatkan pembeli dan reseller.
“BRI selalu support kami dan ikutkan Virageawi ke pameran-pameran di luar negeri. Saya cari buyer/reseller ketemu di pameran itu,” ujar Adang.
Direktur Mikro BRI Supari mengungkapkan bahwa BRI memiliki komitmen untuk terus mendampingi dan membantu pelaku UMKM melalui program Klasterkuhidupku. Program ini menjadi wadah bagi UMKM untuk mengembangkan bisnisnya melalui pemberdayaan dan pendampingan.
“Kami berkomitmen untuk terus mendampingi dan membantupelaku UMKM, tidak hanya dengan memberikan modal usaha, tetapi juga melalui pelatihan-pelatihan usaha dan program pemberdayaan lainnya, sehingga UMKM dapat tumbuh dan berkembang,” tegas Supari.
Kisah sukses Klaster Bambu Pirage Awie diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi pelaku UMKM di daerah lain untuk terus berkembang dan berkontribusi pada kemajuan ekonomi bangsa.
sumber: https://www.cnbcindonesia.com/entrepreneur/20240811102104-25-562049/didukung-bri-keyakinan-adang-bawa-kerajinan-bambu-mendunia.





















