Jokowi Meminta Maaf dalam Acara Kebangsaan, Disebut Perwujudan Nilai Luhur
Jakarta – Istana Kepresidenan mengonfirmasi bahwa permohonan maaf yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada acara Zikir dan Doa Kebangsaan di Istana Merdeka pada 1 Agustus lalu ditujukan kepada seluruh pihak.
Koordinator Staf Khusus Presiden, Ari Dwipayana, mengatakan bahwa permintaan maaf tersebut merupakan perwujudan dari nilai-nilai luhur agama dan adab ketimuran. “Meskipun tingkat kepercayaan dan kepuasan masyarakat terhadap kinerja Presiden Jokowi tinggi, beliau menyadari bahwa sebagai manusia biasa tidaklah sempurna,” ujar Ari dalam keterangannya pada Rabu (7/8).
Ari menekankan bahwa sikap rendah hati dari seorang pemimpin tercermin dalam permintaan maaf tersebut. Pada acara Zikir dan Doa Kebangsaan, Jokowi menyampaikan bahwa selama menjabat, ia menyadari tidak dapat menyenangkan semua pihak dan memenuhi harapan seluruh masyarakat.
“Kami juga tidak mungkin dapat memenuhi harapan semua pihak,” kata Jokowi saat itu.
Permintaan maaf Jokowi mendapat tanggapan beragam. Pegiat demokrasi, Gde Siriana, menilai permintaan maaf tersebut terkesan formalitas karena tidak jelas ditujukan untuk hal atau kebijakan apa. Ia juga mempertanyakan ketulusan permintaan maaf tersebut mengingat agenda politik dinasti yang dijalankan Jokowi.
Sementara itu, Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Kaesang Pangarep, menilai permintaan maaf itu sebagai tindakan manusiawi, mengingat Jokowi akan segera mengakhiri jabatannya sebagai presiden dua periode pada Oktober 2024.
“Saya rasa itu kan sebagai presiden pasti tidak sempurna, enggak ada makhluk hidup yang sempurna,” kata Kaesang.
Artikel ini disadur darihttps://nasional.tempo.co/read/1900754/staf-khusus-presiden-jelaskan-konteks-permintaan-maaf-jokowi.

















