Headline.co.id, Tangerang ~ Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Equestrian 2025 resmi berakhir di APM Equestrian Center, Tangerang, dengan sorakan meriah dari penonton. Acara tahunan ini menjadi ajang bagi atlet muda untuk menunjukkan kemampuan mereka, sekaligus menanamkan nilai sportifitas dan integritas sesuai tema besar tahun ini.
Kejurnas 2025 menyimpan banyak cerita, mulai dari persiapan panjang, proses pembinaan, hingga dinamika organisasi yang berupaya menjaga prestasi olahraga berkuda Indonesia. Persiapan Kejurnas dilakukan selama setahun penuh melalui program kerja PP Pordasi Equestrian. “Kita berkonsolidasi dengan Pengprov agar dapat mempersiapkan para atletnya. Hambatan pasti ada, seperti kecocokan atlet dengan kuda, namun semua bisa kita carikan solusi,” ujar Ketua Penyelenggara Kejurnas sekaligus Wakil Ketua Umum II PP.Pordasi Equestrian, Arifia Hamdani.
Arifia menambahkan, keberhasilan penyelenggaraan tahun ini menunjukkan bahwa koordinasi pusat dan daerah menjadi kunci dalam membangun ekosistem olahraga berkuda nasional. Selama lima hari pelaksanaan, dari 26 hingga 30 November, arena APM Equestrian Center dipenuhi atlet muda dari sembilan provinsi yang tampil percaya diri. Provinsi yang berpartisipasi lain Banten, Bali, Sulawesi Tengah, Sumatra Selatan, Jawa Tengah, Sumatra Utara, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, dan DKI Jakarta.
Berbagai kelas pertandingan seperti Dressage U21 dan Jumping kategori Open menjadi ajang pembuktian kemampuan sekaligus regenerasi atlet. Di kelas Beregu Dressage U21 Preliminary, atlet menunjukkan ketenangan dan keselarasan dengan kuda, sementara di kelas Jumping 110 cm Open, ketangkasan dan keberanian menjadi penentu. Ketua Umum PP Pordasi Equestrian, Dewi Larasati, menegaskan bahwa Kejurnas ini bukan hanya kompetisi, tetapi juga wahana pembinaan jangka panjang. “Ini adalah Road to PON XXII/2028 NTT–NTB. Siapa yang ikut Kejurnas, sudah pasti masuk daftar pembinaan,” ujar Dewi.
Dewi menambahkan, kelas yang dipilih tidak terlalu tinggi untuk memberikan kesempatan seluas mungkin bagi atlet muda untuk berkembang. “Karier mereka masih panjang. Kami ingin mereka melangkah ke level internasional,” lanjutnya. Kejurnas 2025 juga menjadi momentum kolaborasi internasional dengan kehadiran juri Jumping FEI Katrina Holi Gores dan juri Dressage FEI Wan Ming Ong, menunjukkan keseriusan Pordasi Equestrian dalam menyelaraskan kualitas kompetisi dengan standar global.
Namun, Pordasi Equestrian menghadapi tantangan besar terkait polemik seleksi atlet untuk SEA Games 2025 Thailand. Sekjen PP Pordasi Equestrian, Budi Tulodo, menegaskan bahwa ada atlet yang diberangkatkan tanpa prosedur resmi bersama induk cabor Pordasi dan KONI Pusat. “Keberangkatan atlet tidak bisa dilakukan tanpa mekanisme yang benar,” ujarnya. Dewi Larasati menekankan pentingnya keteraturan administrasi dan tata kelola organisasi yang baik.
Empat Federasi Nasional hasil transformasi Munas Pordasi XIV Tahun 2024—Equestrian, Polo, Pacu, dan Berkuda Memanah—kini menjadi satu-satunya induk organisasi di bawah pengakuan KONI. Berdasarkan hasil Rakernas pada 30 Agustus 2025, seluruh daerah juga diarahkan untuk melakukan transformasi serupa. Transformasi ini diharapkan menciptakan tata kelola yang lebih modern, selaras dengan arah pembinaan olahraga nasional.
Di tengah tantangan organisasi, semangat pembinaan atlet tetap kuat. Tahun ini, Provinsi Sulawesi Tengah keluar sebagai juara umum. “Selaku Ketua Umum, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak. Selamat kepada Sulawesi Tengah, semoga prestasi terus meningkat,” ujar Dewi. Ia berharap atlet-atlet Equestrian Indonesia terus mencetak prestasi membanggakan di tingkat internasional.
Sebagai bentuk komitmen terhadap tertib organisasi, Pordasi Equestrian meminta dukungan Menteri Pemuda dan Olahraga RI, Erick Thohir, agar tidak ada pihak yang mengatasnamakan organisasi selain Pordasi yang sah di bawah KONI. Penutupan Kejurnas berlangsung hangat, diiringi rasa bangga para orang tua dan pelatih yang menyaksikan perkembangan atlet muda mereka.
Dari balik paddock, wajah-wajah penuh harapan tampak pada para atlet. Sebagian besar masih duduk di bangku sekolah, tetapi mimpi mereka melesat jauh ke depan. Bagi sebagian atlet, Kejurnas ini adalah debut pertama mereka. Bagi yang lain, ajang ini menjadi batu loncatan menuju PON 2028. Seorang atlet muda dari Jawa Tengah, Anya, mengungkapkan rasa bangganya. “Ini pengalaman pertama ikut Jumping 90 cm. Deg-degan, tapi seneng banget bisa tampil,” ujarnya.
Di sudut lain, seorang ayah tampak memeluk anaknya dengan bangga setelah turun dari arena. Momen-momen emosional seperti inilah yang membuat Kejurnas Equestrian selalu dinanti. Kejurnas bukan hanya kompetisi. Ia adalah arena pembentukan karakter, tempat atlet belajar tentang keberanian, kegagalan, disiplin, dan kemanusiaan. Para pelatih berharap agar pembinaan Equestrian terus berjalan dengan dukungan organisasi yang kuat dan profesional.
Dengan berakhirnya Kejurnas 2025, perjalanan panjang menuju PON 2028 kini resmi dimulai. Para atlet kembali ke daerah masing-masing membawa pengalaman berharga, motivasi baru, dan mimpi yang semakin utuh. Sementara Pordasi Equestrian terus berupaya menata diri, memperkuat organisasi, dan memastikan setiap atlet mendapat ruang pembinaan yang layak. Dari arena APM Equestrian Center, semangat itu bergema: “Sportivitas membentuk integritas, integritas melahirkan prestasi.”





















