Headline.co.id, Bandung ~ Jawa Barat, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menekankan pentingnya pelestarian budaya daerah sebagai bagian integral dari pembangunan karakter dan daya tarik pariwisata yang berkelanjutan. Pernyataan ini disampaikan dalam sambutannya pada acara pembukaan Bakti Negeri untuk Pelaku Seni dan Budaya 2025 yang berlangsung di Pelataran Gedung Sate, Kota Bandung, pada Jumat (7/11/2025).
Acara ini merupakan bagian dari program Bakti Negeri untuk Pelaku Seni dan Budaya 2025 (Abdi Negeri Nganjangka Warga Seni Budaya) yang diinisiasi oleh Kemenko PMK melalui Deputi Bidang Koordinasi Penguatan Karakter dan Jati Diri Bangsa. Program ini bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan melibatkan berbagai kementerian, lembaga, serta komunitas budaya.
Dalam acara tersebut, hadir Menko PMK Pratekno, Menteri Kebudayaan Fadli Zon, Wakil Gubernur Jawa Barat Erwan Setiawan, Ketua DPRD Jawa Barat Buky Wibawa Karya Guna, serta perwakilan dari Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, BPJS Kesehatan, dan BPOM. Gubernur Dedi menyoroti peran budaya dalam membangun peradaban dan ekonomi masyarakat. “Jawa Barat ini kaya akan budaya. Kita harus menjadikan kebudayaan sebagai bagian dari sistem pariwisata. Hotel-hotel, kantor, bahkan sekolah harus berimplikasi pada kebudayaan agar wisatawan datang bukan hanya karena tempatnya, tapi karena jiwanya,” ujar Dedi Mulyadi.
Dalam orasinya, Dedi Mulyadi memberikan contoh bagaimana kekuatan budaya dan desain arsitektur yang khas dapat menciptakan daya tarik wisata yang berkelanjutan, seperti yang terlihat di Bali. “Kenapa orang ingat ke Bali terus? Karena ada gamelan yang tak pernah berhenti, arsitektur yang seragam, dan budaya yang hidup. Kita pun di Jawa Barat harus punya karakter seperti itu,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa pelestarian budaya harus dimulai dari hal-hal sederhana, seperti mengenakan pakaian adat di kantor pemerintahan, menata desain bangunan publik bernuansa lokal, hingga menghadirkan karya seni khas Sunda di ruang publik. “Para pegawai di Jawa Barat harus mulai memakai baju yang memiliki implikasi kepariwisataan. Kalau gedung-gedung kantor dan sekolah punya nilai kebudayaan, maka semuanya bisa jadi pusat wisata,” katanya.
Dedi Mulyadi juga menyinggung filosofi seni Sunda yang mengandung nilai harmoni dan kebahagiaan. “Seni itu melahirkan sesuatu yang indah dilihat, enak didengar, nyaman dirasa, dan membahagiakan. Kalau semua itu kita rawat, maka budaya akan jadi sumber kesejahteraan,” tutur Dedi.
Dalam bagian penutup sambutannya, Gubernur Jawa Barat mengajak seluruh pelaku seni, masyarakat adat, dan pemerintah daerah untuk menjaga keunikan identitas lokal masing-masing. Ia menyebut bahwa kekhasan budaya justru menjadi daya tarik ekonomi. “Setiap daerah punya ciri khas. Kalau orang melihat tarian, pakaian, atau arsitektur, mereka langsung tahu itu dari mana. Identitas itu yang membangun karakter, dan karakter yang melahirkan pasar,” ujarnya.
Dedi juga menegaskan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Barat tengah mengembangkan desain arsitektur daerah dengan ciri khas mahkota binokasih dan motif mega mendung sebagai identitas visual baru daerah. “Sebentar lagi, Jawa Barat tidak akan mega mendung lagi. Yang ada adalah langit yang terang,” pungkasnya disambut tepuk tangan peserta.
Selain sesi pembukaan, kegiatan Bakti Negeri 2025 juga menghadirkan layanan sosial seperti pemeriksaan kesehatan gratis, edukasi jaminan sosial ketenagakerjaan, pameran karya tangan lokal, penyerahan santunan manfaat BPJS Ketenagakerjaan, serta panggung ekspresi budaya yang diikuti lebih dari 1.000 pelaku seni dan budaya dari seluruh kabupaten/kota di Jawa Barat.
Melalui kegiatan ini, Pemerintah Provinsi Jawa Barat bersama Kemenko PMK dan mitra lintas kementerian berupaya memperkuat perlindungan sosial bagi pelaku seni serta memperluas ruang aktualisasi budaya daerah. Kolaborasi ini diharapkan dapat melahirkan kebijakan yang berpihak pada kesejahteraan masyarakat budaya dan menjaga keutuhan jati diri bangsa.





















