Headline.co.id (Jakarta) — Suasana hangat dan penuh empati mewarnai acara “Kumpul Bunda FYP bersama Komdigi” di Blok M Hub, Jakarta, Sabtu pagi (1/11/2025). Dalam kegiatan yang dihadiri ratusan ibu dari berbagai komunitas itu, Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid meluncurkan microsite tunasdigital.id, sebuah platform edukatif untuk memperkuat literasi digital keluarga Indonesia. Program ini diinisiasi untuk membantu para orang tua menghadapi tantangan besar: mendampingi anak tumbuh aman dan sehat di dunia digital.
Peluncuran tersebut bukan sekadar acara seremonial, melainkan menjadi ruang dialog terbuka antara pemerintah dan para orang tua. “Yang paling penting adalah bunda-bunda sadar dulu bahwa ada masalah dan mau membenahi. Masih banyak yang membiarkan anaknya bermain internet tanpa pengawasan,” tegas Meutya Hafid dalam sambutannya.
Menurutnya, tunasdigital.id dirancang sebagai wadah kolaborasi antara keluarga, pendidik, dan pemerintah. Platform ini menyediakan panduan literasi digital, forum berbagi pengalaman, serta rekomendasi aplikasi dan permainan yang aman bagi anak. “Kami ingin bunda-bunda jadi bagian dari pengembangannya, bukan sekadar pengguna. Karena yang paling paham dunia anak-anak, ya bunda-bunda sendiri,” ujarnya disambut tepuk tangan peserta.
Dalam sesi “Curhat Bareng Bu Menteri”, ratusan ibu bergantian menyampaikan pengalaman pribadi mendampingi anak di era digital. Salah satunya, Desi, ibu dari anak berkebutuhan khusus, menceritakan bagaimana sang anak menolak konten tak pantas di media sosial. “Dia langsung matikan sendiri dan bilang, ‘Aku takut, Bu.’ Saya terharu, tapi juga sedih. Dunia digital terlalu besar untuk anak-anak,” kisahnya yang membuat ruangan hening sejenak.
Menanggapi kisah itu, Meutya Hafid menegaskan pentingnya kesadaran kolektif untuk melindungi anak dari konten berbahaya, termasuk perundungan digital dan rekrutmen ekstremisme. “Kita pikir game itu aman, tapi ternyata bisa berbahaya. Karena itu penting untuk saling berbagi dan melapor jika menemukan hal mencurigakan,” tuturnya.
Turut hadir pendidik dan aktivis literasi digital Najeela Shihab, yang mengapresiasi langkah Kementerian Komunikasi dan Digital menerbitkan PP Tunas serta Permen Literasi Digital Anak. Menurutnya, kebijakan tersebut menjadi “pagar pelindung” bagi anak-anak Indonesia di dunia maya. “Tugas jadi orang tua itu berat sekali. Tapi kabar baiknya, sekarang ada platform dan aturan yang bisa membantu kita,” kata Najeela.
Ia mengajak para orang tua untuk menunda keterlibatan anak dalam dunia digital hingga usia yang tepat. “Anak-anak kecil itu masih perlu belajar sopan santun, bermain di taman, belajar prestasi di sekolah. Dunia nyata harus dikuasai dulu sebelum dunia digital,” pesannya. Ia juga menggunakan analogi “pilot dan penumpang” untuk menggambarkan peran orang tua. “Kalau anak marah karena dilarang main ponsel, itu wajar. Tapi siapa pilotnya di rumah? Ibu dan ayah. Kalau pesawat harus mendarat darurat, penumpang tidak bisa maksa,” ujarnya yang disambut tawa peserta.
Meutya Hafid sepakat dengan pandangan tersebut. “Pemerintah bisa membuat pagar, tapi yang menjaga pagar itu adalah keluarga,” ujarnya. Ia berharap tunasdigital.id menjadi ruang aman bagi ibu-ibu untuk belajar, berbagi, dan memperkuat solidaritas.
Acara yang berlangsung penuh kehangatan itu mencerminkan nilai kebersamaan dan empati yang kuat. Tidak ada jarak antara pejabat dan rakyat; Meutya Hafid dan Najeela Shihab berbicara dengan bahasa sederhana dan membumi, bahkan menyalami satu per satu peserta di akhir kegiatan.
Gerakan literasi digital keluarga ini sejalan dengan Asta Cita Pemerintahan Prabowo–Gibran, khususnya cita keempat tentang pembangunan manusia unggul dan cita ketujuh tentang percepatan transformasi digital yang inklusif dan aman.
Bagi banyak peserta, acara ini meninggalkan kesan mendalam. “Senang banget, akhirnya bisa ketemu ibu-ibu yang punya masalah sama. Jadi gak merasa sendirian lagi,” ungkap salah satu bunda peserta dengan senyum lega.
Di akhir acara, Meutya Hafid menutup dengan pesan yang menggugah. “Menjaga anak di era digital bukan tugas satu orang, tapi tugas bersama. Pemerintah menyiapkan pagar, tapi keluarga yang menguatkan fondasinya.”
Dari Blok M Hub pagi itu, lahir sebuah gerakan baru: ibu-ibu melek digital, melek kasih, dan melek tanggung jawab—sebuah langkah kecil menuju masa depan anak-anak Indonesia yang lebih aman dan berkarakter di dunia maya.




















