Headline.co.id (Jogja) ~ Rumah Sakit Islam Yogyakarta (RSIY) PDHI menjadi pusat kegiatan pelayanan Keluarga Berencana (KB) serentak dalam rangka memperingati Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-32 tahun 2025 di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kegiatan Pelayanan KB Serentak ini dilaksanakan di seluruh wilayah indonesia dengan target 1 juta, kegiatan ini dilakukan secara serentak seluruh Indonesia dan Saling terhubung melalui Platfom Zoom.
Baca juga: Berapa Kuota Haji 2026? Begini Kata Dirjen PHU Kemenag
Direktur RSIY PDHI, dr. H. Bima Achmad Bina Nurutama, melalui Kepala Bidang Keuangan dan Administrasi Umum, Bapak Cahyo Prihatmoko, S.E., M.Acc., MARS., Ak., CA., mengungkapkan rasa syukurnya atas suksesnya kegiatan ini.
“Kami keluarga besar RSIY PDHI merasa bergembira atas terselenggaranya acara pelayanan KB serentak. Antusiasme masyarakat luar biasa,” ujarnya kepada Headline.co.id pada Senin 23 Juni 2025.
Lebih lanjut, Cahyo menyampaikan bahwa RSIY PDHI telah terbiasa menjadi mitra dalam menyelenggarakan program KB, namun tahun ini terasa istimewa karena pelaksanaannya dilakukan secara serentak di seluruh Indonesia dan DIY dipusatkan di RSIY PDHI.
“Jenis KB yang tersedia hari ini adalah Implan dan IUD, dengan peserta terbanyak memilih Implan,” jelasnya.
Tak hanya layanan pemasangan kontrasepsi, RSIY PDHI juga menggelar layanan konsultasi dan penyuluhan terkait KB. Rumah sakit ini bekerja sama dengan BKKBN DIY dan Kabupaten Sleman, serta aktif menyambangi desa-desa untuk edukasi langsung ke masyarakat.
“Kami berharap dengan KB serentak ini, bisa semakin banyak keluarga yang merencanakan kehamilan secara bijak. Kesejahteraan bangsa dimulai dari kesejahteraan keluarga,” tambah Cahyo.
Kepala Dinas P3AP2KB Kabupaten Sleman, Wildan Solichin, SIP, MT, menjelaskan bahwa Sleman mendapat kuota sekitar 4.402 dari total 14.728 target akseptor KB di DIY. Artinya, sekitar 30 persen target DIY dibebankan ke Sleman, seiring dengan jumlah penduduknya yang terbanyak dibanding kabupaten/kota lain.
Baca juga: Bupati Siak Turun Tangan Selesaikan Konflik Lahan Kemitraan Kehutanan di Kampung Olak
“Kami menggelar pelayanan KB di tujuh titik serentak sejak 16 Juni hingga 30 Juni mendatang. Strategi kami melibatkan penyuluh KB untuk menggerakkan para calon akseptor agar datang ke layanan yang telah ditentukan,” jelas Wildan.
Menurutnya, capaian partisipasi masyarakat Sleman dalam program KB cukup baik, berkisar di angka 80–90 persen. Namun ia menyoroti tren jumlah anak per keluarga yang kini di bawah angka ideal.
“Rata-rata jumlah anak di Sleman itu 1,77. Idealnya 2,1. Jadi ini perlu edukasi agar keluarga tidak takut punya anak, tetapi juga tetap terencana dan sehat,” imbuhnya.
Salah seorang peserta KB asal Cupuwatu, Viona (23), mengaku mengetahui informasi kegiatan ini dari grup WhatsApp kampung. Ia memilih alat kontrasepsi Implan karena minim risiko dan tidak berdampak besar pada hormon tubuh. “Rasanya senang karena ada penyuluhan, gratis juga. Semoga makin banyak yang ikut KB ke depannya,” tuturnya.
Baca juga: 97 WNI Berhasil Dievakuasi dari Iran, Menlu Sugiono: Perjalanan Aman dan Lancar
Viona juga mengapresiasi pelayanan RSIY PDHI yang menurutnya ramah dan informatif.
“Pelayanannya cukup baik, informasinya jelas. Harapannya sih makin banyak masyarakat yang termotivasi ikut KB juga,” tambahnya.
Meski kegiatan hari ini bersifat seremonial, Dinas P3AP2KB Sleman memastikan bahwa layanan KB tetap tersedia secara rutin.
“Setiap dua bulan, bahkan ada yang setiap bulan. Beberapa fasilitas kesehatan juga menyediakan layanan gratis sepanjang tahun, tergantung kesiapan dan program kerja sama,” ujar Wildan.
Ia menegaskan pentingnya peran edukasi dalam menyikapi pola pikir masyarakat terkait jumlah anak ideal dan pentingnya perencanaan keluarga. “Kami terus mendorong keluarga muda untuk tidak takut punya anak, tetapi tetap dengan perencanaan yang matang,” pungkasnya.
Baca juga: Nenek 77 Tahun Ditemukan Gantung Diri di Saptosari, Diduga Putus Asa Karena Sakit Menahun





















