Dyah Gayatri: Sosok di Balik Kejayaan Majapahit yang Menolak Kekuasaan
Jakarta – Nafsu akan kekuasaan adalah sifat bawaan manusia. Namun, tidak demikian dengan sosok Dyah Dewi Gayatri Kumara Rajassa, permaisuri Raja Jawa yang justru memilih berada di balik layar kerajaan.
Lahir pada 1274, Gayatri memiliki darah bangsawan sebagai putri Raja Singasari Kertanegara. Ia juga menikah dengan Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit.
Sebagai pendamping raja, Gayatri menjadi penasihat dan rekan diskusi Raden Wijaya. Salah satu nasihatnya yang terkenal adalah gagasan penyatuan Nusantara di bawah bendera Majapahit.
Namun, ketika takhta Majapahit kosong pada 1328, Gayatri menolak tawaran untuk menjadi penguasa. Ia lebih memilih menjadi bhiksuni dan melanjutkan pengabdiannya di balik layar.
Meski tidak berkuasa, Gayatri tetap memainkan peran penting sebagai penasihat penguasa berikutnya. Ia memberi nasihat dan bimbingan, termasuk pada Gajah Mada, mahapatih terkenal Majapahit.
Berkat nasihat Gayatri, Gajah Mada bersumpah menyatukan Nusantara dalam Sumpah Palapa. Sumpah ini kemudian menjadi dasar ekspansi dan kejayaan Majapahit.
Gayatri wafat pada 1350. Ia dikenang sebagai sosok besar yang mengiringi eksistensi Majapahit dan menginspirasi para penggantinya. Kiprahnya sebagai arsitek kebijakan dan penolakannya terhadap kekuasaan menjadi teladan bagi para pemimpin masa depan.
sumber: https://www.cnbcindonesia.com/entrepreneur/20240827174511-25-566849/anak-raja-jawa-tolak-berkuasa-pilih-lakukan-ini-jadi-pahlawan.























