Peraih Medali Olimpiade: Kejayaan Sementara atau Masa Depan Suram?
Jakarta, Headline.co.id – Para atlet berjuang habis-habisan untuk mempersembahkan medali di ajang olahraga akbar, termasuk Olimpiade. Selain kebanggaan pribadi, pencapaian tersebut juga berbuah bonus yang menggiurkan.
Di Prancis, peraih medali Olimpiade bisa menerima bonus hingga Rp1,3 miliar untuk medali emas. Indonesia juga tidak ketinggalan memberikan insentif serupa. Pada Olimpiade Tokyo 2020, peraih medali emas dihadiahi Rp5 miliar.
Namun, kejayaan atlet tidak selalu berkelanjutan. Saat pensiun, nama mereka yang dulu harum sering kali redup dan berujung pada kehidupan yang memprihatinkan.
Kisah petenis Inggris Boris Becker menjadi contoh nyata. Meski meraih pendapatan hingga Rp1,8 triliun, kehidupannya bergelimang utang dan skandal saat pensiun. Ia bahkan sempat dipenjara karena gagal menutupi utang yang membengkak.
Di Indonesia, petinju Ellyas Pical mengalami nasib serupa. Setelah menjuarai dunia tinju profesional, namanya menghilang. Ia sempat terjerat narkoba dan menjadi satpam sebelum akhirnya mendapatkan pekerjaan dari KONI.
Menurut American Bankruptcy Institute, sekitar 78% pemain Liga Sepakbola AS dan Liga Basket AS mengalami kebangkrutan setelah pensiun. Hal ini disebabkan oleh pengelolaan keuangan yang buruk dan kegagalan mempersiapkan masa depan.
“Biasanya, atlet bangkrut setelah tiga tahun pensiun,” tulis laporan Yahoo Finance.
Pemerintah Indonesia menyadari problem ini. Mereka menyediakan jaminan sosial dan literasi finansial untuk memastikan kesejahteraan atlet setelah pensiun.
“Kita harus memastikan keberlanjutan masa depan atlet usai pensiun,” kata seorang pejabat pemerintah seperti dikutip Detik Sports.
Dengan manajemen keuangan yang baik, diharapkan atlet Indonesia bisa menikmati masa depan yang cerah dan terhindar dari kisah-kisah penyesalan setelah pensiun.
sumber: https://www.cnbcindonesia.com/entrepreneur/20240809090207-25-561656/kisah-atlet-yang-mandi-uang-saat-jaya-tua-bangkrut-menderita.





















