Headline.co.id, Surabaya ~ Di tengah lebatnya hutan negara di RPH Gondang, Kabupaten Bojonegoro, terdapat kisah ketekunan para petani pesanggem yang merawat alam sekaligus mempertahankan kehidupan. Di lahan hutan tersebut, kolaborasi manusia dan lingkungan terjalin dengan nyata.
Pesanggem, sebutan bagi masyarakat yang mengelola lahan Perhutani secara terbatas, dahulu sering dikaitkan dengan stigma kemiskinan. Namun, pandangan ini telah berubah seiring waktu. Kini, pesanggem menjadi aktor penting dalam menjaga keberlanjutan hutan dan menopang ketahanan ekonomi keluarga.
Kecamatan Gondang adalah salah satu wilayah dengan kawasan hutan negara terluas di Kabupaten Bojonegoro. Ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Gondang, Nyon Nyamidi, pada Rabu (17/12/2025), menyatakan bahwa dari total kawasan hutan seluas 1.780,11 hektare, sekitar 92,36 hektare dimanfaatkan sebagai lahan pesanggem.
Pemanfaatan ini dilakukan melalui Perjanjian Kerja Sama (PKS) yang telah berlangsung selama kurang lebih lima tahun. Melalui skema ini, pesanggem berladang secara legal dan menjadi mitra resmi Perhutani. Peran mereka tidak hanya sebagai petani, tetapi juga sebagai penjaga hutan.
Di lahan-lahan miring dan kering, pesanggem mengolah tanah dengan teknik terasering dan guludan bersusun. Metode ini tidak hanya memudahkan kegiatan bercocok tanam, tetapi juga berfungsi mencegah erosi dan longsor. Beragam komoditas seperti jagung, singkong, cabai, bawang merah, porang, hingga kacang-kacangan ditanam secara bergilir dalam sistem rotasi yang menjaga kesuburan tanah.
Menariknya, tanaman porang yang kini bernilai ekonomi tinggi tumbuh subur di bawah naungan pohon jati. Saat pesanggem memupuk porang, mereka secara tidak langsung turut merawat tanaman jati milik Perhutani. Hubungan timbal balik ini mencerminkan simbiosis kepentingan ekonomi dan upaya pelestarian alam.
Selain bertani, para pesanggem juga aktif terlibat dalam program reboisasi. Bersama mandor tanam Perhutani, mereka ikut menanam dan memupuk bibit-bibit baru, memastikan kelestarian hutan tetap terjaga untuk generasi mendatang.
Bagi para pesanggem, hutan bukan sekadar ruang mencari penghidupan, melainkan bagian dari kehidupan yang harus dijaga bersama. Mereka memahami bahwa kelestarian alam akan selalu sejalan dengan kesejahteraan manusia.
Ke depan, dukungan pemerintah melalui pendampingan dan sosialisasi berkelanjutan masih sangat dibutuhkan agar kemitraan ini terus berjalan harmonis. Sebab ketika hutan lestari, masyarakat sejahtera, dan kolaborasi terjaga, maka masa depan lingkungan dan manusia dapat melangkah beriringan. (MC Prov Jatim/Bimo-hjr)





















