Headline.co.id, Bener Meriah ~ Pemerintah Provinsi Aceh terus berupaya mempercepat pemulihan sektor energi setelah bencana hidrometeorologi melanda beberapa wilayah. Fokus utama adalah normalisasi sistem kelistrikan, pemulihan distribusi bahan bakar minyak (BBM), dan penyaluran elpiji (LPG) untuk memastikan kebutuhan dasar masyarakat tetap terpenuhi meski akses terbatas.
Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Aceh, Taufik, menyatakan bahwa kondisi kelistrikan di Aceh masih dalam tahap pemulihan. Pemadaman bergilir masih terjadi, termasuk di Kota Banda Aceh, akibat kerusakan infrastruktur transmisi yang disebabkan oleh bencana. “Kondisi listrik di Aceh memang masih gelap dan terjadi pemadaman bergilir yang cukup ekstrem. Hal ini disebabkan oleh robohnya sejumlah menara transmisi dan terputusnya jaringan listrik akibat bencana,” ujar Taufik.
Pemerintah Aceh terus berkoordinasi dengan PT PLN (Persero) untuk mempercepat perbaikan jaringan dan menara transmisi yang terdampak. Tim PLN di lapangan bekerja tanpa henti meski menghadapi tantangan medan dan cuaca. Taufik menjelaskan bahwa perbaikan pada sistem transmisi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) Peusangan Bireuen telah selesai 100 persen dan kembali berfungsi. Sementara itu, perbaikan jalur SUTT Bireuen–Arun juga telah tuntas, meskipun jalur SUTT Brandan–Langsa masih dalam proses dengan progres mencapai 86 persen.
Selain kelistrikan, pasokan BBM di Aceh secara umum aman. Dari 23 kabupaten/kota, 19 daerah sudah normal, sementara empat kabupaten masih dalam tahap pemulihan, yaitu Aceh Tamiang, Gayo Lues, Bener Meriah, dan Aceh Tengah. Di Aceh Tamiang, empat dari tujuh SPBU telah beroperasi normal, sementara tiga lainnya masih dalam perbaikan. Di Gayo Lues, lima dari tujuh SPBU beroperasi, namun dua lainnya terkendala akses jalan yang terputus.
Di Bener Meriah dan Aceh Tengah, meski sarana dan prasarana SPBU siap, distribusi BBM terhambat karena akses darat belum sepenuhnya terbuka. “Pertamina tetap berupaya memasok BBM melalui jalur udara, meskipun kapasitasnya sangat terbatas. Begitu akses darat terbuka, distribusi akan langsung dimaksimalkan,” ujar Taufik.
Distribusi LPG dari agen ke pangkalan mulai normal, namun Bener Meriah dan Aceh Tengah masih terisolasi. Penyaluran LPG dilakukan melalui jalur udara dengan pesawat dan helikopter. “Kami telah mengirimkan 154 tabung LPG untuk mendukung operasional dapur umum di kedua kabupaten tersebut. Saat ini juga sedang disiapkan pengiriman tambahan sebanyak 180 tabung LPG dari Bandara Malikus Saleh menuju Bandara Rembele di Bener Meriah,” jelas Taufik.
Distribusi LPG ke Banda Aceh dan Pantai Barat menghadapi tantangan akibat terputusnya jembatan Kota Blang. Sebagai solusi, pengiriman LPG dari Arun ke Banda Aceh dilakukan melalui jalur laut dengan frekuensi dua hari sekali, menggunakan rata-rata delapan unit skid tank per hari untuk melayani SPBE di Indrapuri dan Meulaboh. “Antrian LPG di lapangan memang masih terjadi karena lonjakan kebutuhan masyarakat pascabencana, sementara distribusi menghadapi keterbatasan jalur. Namun kami pastikan stok LPG, kuota LPG, dan BBM dalam kondisi cukup,” tegas Taufik.
Gubernur Aceh telah menyurati Menteri ESDM dan BPH Migas untuk mengantisipasi penambahan kuota jika diperlukan. Permohonan ini telah direspons dengan pembukaan akses penuh untuk penyediaan BBM dan LPG di Aceh. “Kami berkomitmen bersama Pertamina untuk memastikan distribusi energi terus berjalan. Dengan kerja sama semua pihak, kami optimistis kondisi energi di Aceh dapat berangsur pulih dan kembali normal seperti sediakala,” pungkas Taufik.



















