Headline.co.id, Pekanbaru ~ Pameran Nasional Pesona Bonsai Homeland of Melayu II di Pekanbaru mengungkapkan bahwa di balik keindahan dan nilai tinggi bonsai terdapat proses panjang yang memerlukan kesabaran, ketelitian, dan disiplin dalam perawatan. Pengunjung pameran ini diajak memahami bahwa nilai sebuah bonsai tidak hanya berasal dari keberuntungan, tetapi dari proses perawatan yang panjang dan konsisten.
Akbar Prabowo, Ketua Panitia Pameran Nasional Pesona Bonsai Homeland of Melayu II, menjelaskan bahwa bonsai yang bernilai hingga ratusan juta rupiah memiliki kesamaan dalam rekam jejak perawatan yang terukur dan konsisten. Menurutnya, detail kecil yang dilakukan berulang kali dalam jangka panjang menjadi pembeda utama bonsai biasa dan bonsai berkelas tinggi. “Yang mahal itu bukan potnya, tetapi proses perawatannya. Pemilik bonsai bernilai tinggi merawat tanamannya berdasarkan ukuran dan kebutuhan yang jelas, bukan sekadar perkiraan,” ujar Akbar di sela pameran, Minggu (14/12/2025).
Proses perawatan bonsai dimulai dari pemilihan jenis tanaman. Tidak semua tanaman cocok dijadikan bonsai. Jenis yang memiliki karakter batang kuat dan daun kecil dinilai lebih mudah dibentuk serta dipelihara. Media tanam juga menjadi faktor krusial, dengan komposisi tanah berpori, pasir kasar, dan bahan organik kering yang memungkinkan air mengalir baik namun tetap menjaga kelembapan.
Akbar menyarankan bagi pemula untuk memulai dari bahan tanaman yang relatif mudah dirawat. Jenis serut, beringin, dan anting putri menjadi pilihan ideal karena termasuk tanaman tropis yang adaptif dan lebih mudah ditata, baik di dalam maupun luar ruangan.
Sementara itu, petani bonsai asal Siak, Pakde Sugeng, berbagi pengalamannya bahwa merawat bonsai bukan soal jadwal, melainkan kepekaan membaca kondisi tanaman. Penyiraman dilakukan ketika media tanam mulai mengering, bukan berdasarkan jam tertentu. “Akar bonsai sangat sensitif. Kalau terlalu basah, justru bisa memicu busuk akar,” jelasnya.
Pemangkasan tunas dan cabang dilakukan secara berkala untuk menjaga proporsi dan keseimbangan. Tunas dipotong saat memiliki empat hingga enam daun, menyisakan dua daun agar pertumbuhan tetap terkendali. Pengawatan pun dilakukan secara hati-hati untuk mengarahkan batang dan cabang, dengan pemeriksaan rutin agar kawat tidak melukai kulit pohon.
Pemupukan diberikan dalam dosis kecil namun teratur, menggunakan pupuk organik dan NPK sesuai fase pertumbuhan. Pada tahap pembentukan, unsur nitrogen dikurangi agar daun tidak membesar, sementara kalium ditingkatkan untuk memperkuat batang dan akar.
Penempatan bonsai juga memperhatikan cahaya matahari. Bonsai membutuhkan sinar langsung beberapa jam sehari, diselingi waktu teduh agar daun tidak terbakar. Penggantian pot dilakukan setiap dua hingga tiga tahun untuk meremajakan akar dan menjaga keseimbangan pertumbuhan.
Pakde Sugeng menekankan bahwa kunci utama dalam seni bonsai adalah kesabaran. Ia menekankan pentingnya memberi waktu adaptasi pada tanaman setelah setiap tindakan perawatan. “Kesalahan paling sering adalah terlalu sering mengubah bentuk. Bonsai perlu waktu. Kalau dirawat dengan sabar dan konsisten, nilainya akan mengikuti. Bonsai ini saja pernah ditawar Rp200 juta, tapi belum saya lepas,” kata Pakde Sugeng.


















