Headline.co.id, Jakarta ~ Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menegaskan komitmennya dalam memperkuat ekosistem pembelajaran yang inklusif dan adaptif untuk meningkatkan peran perempuan di bidang Sains, Teknologi, Engineering, dan Matematika (STEM). Langkah ini diambil untuk menghadapi percepatan perkembangan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
Komitmen tersebut disampaikan oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus (Ditjen Pendidikan Vokasi PKPLK) Kemendikdasmen, Muhammad Hasbi, saat mewakili pimpinan Ditjen dalam acara Graduation & Demo Day Program Perempuan Inovasi Tahun 2025 di Jakarta, Selasa (10/12/2025). Muhammad Hasbi menjelaskan bahwa transformasi teknologi berbasis AI telah mengubah hampir seluruh sektor kehidupan dan menjadikan talenta digital sebagai kebutuhan mendesak. Namun, partisipasi perempuan Indonesia di sektor STEM masih tergolong rendah, yaitu sekitar delapan persen.
“Padahal perempuan membawa perspektif empatik yang sangat penting dalam pengembangan teknologi agar adil, inklusif, dan responsif terhadap kebutuhan sosial. Perempuan harus hadir bukan hanya sebagai pengguna teknologi, tetapi juga sebagai kreator, inovator, dan pemimpin,” tegas Hasbi. Sebagai respons atas tantangan tersebut, Kemendikdasmen terus mendorong penguatan ekosistem pembelajaran melalui sejumlah kebijakan strategis, termasuk integrasi literasi digital dan kecerdasan buatan dalam kurikulum, penerapan project based learning, serta kolaborasi erat dengan dunia industri, khususnya di jalur pendidikan vokasi.
Menurut Hasbi, sejak akhir 2024 Kemendikdasmen telah mengembangkan integrasi AI dalam pembelajaran di tingkat satuan pendidikan. Pendekatan berbasis proyek dinilai krusial untuk membiasakan peserta didik menyelesaikan persoalan nyata dan membekali mereka dengan keterampilan yang relevan sebelum memasuki dunia kerja. “Pendidikan vokasi hadir sebagai jembatan agar perempuan dapat mengakses keterampilan digital yang aplikatif dan siap bekerja di sektor industri,” ujarnya.
Program Perempuan Inovasi yang telah berlangsung selama empat bulan dinilai sebagai contoh konkret keberhasilan kolaborasi lintas sektor. Sebanyak 40 peserta perempuan, termasuk empat peserta jalur vokasi, dinyatakan lulus dan mempresentasikan proyek inovatif mereka pada acara Demo Day. Program ini merupakan hasil sinergi Kemendikdasmen dengan sejumlah mitra, lain Markoding, Yayasan Dian Sastrowardoyo, Magnific Indonesia, serta berbagai mitra industri seperti HP Indonesia, PT Astra International Tbk, dan IBM Indonesia.
Sesditjen Pendidikan Vokasi PKPLK, Muhammad Hasbi menegaskan, pendekatan kolaboratif sejalan dengan program Partisipasi Semesta untuk Pendidikan Berkelanjutan yang tengah digencarkan Kemendikdasmen. “Program ini diharapkan mampu mengubah masa depan perempuan Indonesia, menjadikan mereka change maker dalam ekosistem teknologi melalui akses keterampilan digital, pelatihan intensif, dan dukungan komunitas,” katanya.
Dalam diskusi panel, Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikdasmen, Laksmi Dewi, menekankan bahwa AI tidak menggantikan peran manusia, termasuk perempuan dalam pendidikan. “Sebaliknya, AI merupakan alat bantu untuk memperkuat proses pembelajaran,” paparnya. Ia mengungkapkan, Kemendikdasmen telah menghadirkan mata pelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial sebagai program prioritas nasional. Mata pelajaran ini diperkenalkan secara bertahap sejak kelas V SD hingga jenjang menengah, dengan penekanan pada berpikir kritis, kreatif, dan komputasional.
Pandangan senada disampaikan Corporate Social Responsibility Leader IBM Indonesia, Rina Suryani, yang menilai empati sebagai nilai utama manusia yang tidak dapat direplikasi AI. Sementara itu, pendiri Yayasan Dian Sastrowardoyo, Dian Sastrowardoyo, menekankan pentingnya peran perempuan dalam memimpin penggunaan AI secara bijak dengan berlandaskan empati, kreativitas, dan intuisi.
Kemendikdasmen menargetkan perluasan jangkauan program serupa pada 2026 agar semakin banyak perempuan Indonesia memiliki akses terhadap pendidikan vokasi dan teknologi. Para lulusan Program Perempuan Inovasi 2025 diharapkan menjadi talenta siap pakai di era AI sekaligus inspirasi bagi perempuan lain untuk berani mengambil peran strategis di dunia teknologi. “Gunakan teknologi untuk menciptakan dampak sosial yang lebih besar dan jadikan inovasi hari ini sebagai awal dari perubahan berkelanjutan,” tutup Hasbi.



















