Headline.co.id, Jogja ~ Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar forum Hearing Rektorat 2025 yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas tata kelola pendidikan tinggi melalui dialog berbasis kajian strategis dan bukti empiris. Acara ini berlangsung pada Senin, 24 November 2025, di Gedung Pusat UGM, dan diselenggarakan oleh Forum Advokasi (Formad) UGM. Forum ini dihadiri oleh jajaran pimpinan universitas, termasuk Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D., serta para Wakil Rektor yang membidangi pendidikan, kemahasiswaan, riset, SDM, dan perencanaan. Perwakilan mahasiswa dari berbagai organisasi kemahasiswaan, seperti Forum Komunikasi (FORKOM) UGM, Majelis Wali Amanat Unsur Mahasiswa (MWA UM) UGM, Anstrat BEM KM UGM, dan BEM dari masing-masing fakultas, juga turut hadir.
Rektor UGM, Prof. Ova Emilia, berharap forum ini dapat diadakan secara rutin setiap empat bulan sekali untuk mempererat hubungan komponen di UGM. Ia mengapresiasi paparan mahasiswa yang didukung oleh data dan bukti empiris. “Saya sangat bangga dan senang dengan masukan mahasiswa, karena kalian menggunakan bukti. Ini adalah modal yang luar biasa,” ujarnya. Diskusi dalam forum ini diharapkan dapat menghasilkan solusi nyata yang menguntungkan semua pihak.
Salah satu isu utama yang dibahas adalah transparansi penetapan Uang Kuliah Tunggal (UKT) bagi mahasiswa baru tahun akademik 2025/2026. Berdasarkan kajian Formad UGM terhadap 1.472 mahasiswa, ditemukan bahwa 61,5% responden merasa UKT yang ditetapkan tidak sesuai ekspektasi, dan 54,9% merasa besaran tersebut tidak sejalan dengan kemampuan finansial keluarga. Koordinator Forum Advokasi UGM, A. Batara Gemilang, menyoroti tingginya tingkat penolakan pada proses pengajuan banding UKT, di mana dari 632 mahasiswa yang mengajukan banding, hanya 138 yang diterima.
Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Manusia dan Keuangan, Prof. Dr. Supriyadi, M.Sc, menyatakan dukungannya terhadap transparansi dan berjanji untuk menindaklanjuti temuan mahasiswa. Ia juga menyebutkan bahwa survei kepuasan UKT dan mekanisme token yang macet sudah masuk dalam rencana tindak lanjut universitas. Selain itu, masukan mengenai pelebaran kategorisasi UKT dari 5 golongan menjadi 6 golongan sedang dalam proses analisis mendalam.
Isu kebijakan parkir dan transportasi kampus juga menjadi perhatian. Perwakilan dari Badan Kelengkapan MWA UM, Aprie, mengkritisi kebijakan parkir yang dinilai tergesa-gesa dan tidak dibarengi dengan penyediaan transportasi pengganti yang memadai. Data dari Tim Hearing Rektorat Isu Parkiran & Transportasi 2025 menunjukkan bahwa bus kampus dinilai tidak layak oleh 190 responden karena waktu tunggunya yang tidak pasti. Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Aset, dan Sistem Informasi, Arief Setiawan Budi Nugroho, S.T., M.Eng., Ph.D, menekankan pentingnya akuntabilitas data dan menyatakan keterbukaan untuk kajian lanjutan.
Renovasi Gelanggang Inovasi Kreatif (GIK) UGM juga dibahas dalam forum ini. Fokus utama terletak pada relokasi sekretariat UKM, pembengkakan anggaran pembangunan, dan molornya target penyelesaian. Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengembangan Usaha, dan Kerja Sama, Dr. Danang Sri Hadmoko, S.Si., M.Sc., menjelaskan bahwa pembangunan GIK saat ini sedang memasuki tahap kedua. Direktur Utama GIK UGM, Alfatika Aunuriella Dini, Ph.D., menyampaikan apresiasi terhadap masukan mahasiswa dan menjelaskan bahwa penggunaan kuota event mahasiswa kini gratis setelah audiensi pertama pada bulan Mei.
Forum ini diharapkan dapat menjadi wadah untuk menyampaikan masukan dan menemukan solusi atas berbagai isu yang dihadapi oleh mahasiswa dan universitas.























