Headline.co.id, Jakarta ~ Dalam rangka memperingati Hari Anak Sedunia (HAS) 2025, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) bersama dengan kementerian/lembaga, organisasi non-pemerintah, dan sektor swasta menyatakan komitmen bersama untuk memperkuat perlindungan anak di ranah digital. Langkah ini dianggap strategis mengingat semakin meningkatnya penggunaan teknologi informasi dan media sosial oleh anak-anak.
Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak Kemen PPPA, Ratna Susianawati, menekankan bahwa teknologi membawa peluang sekaligus risiko bagi anak-anak. “Momentum HAS menjadi kesempatan untuk memperkuat kesadaran, perubahan perilaku, serta paradigma terkait perlindungan anak di dunia digital. Pemerintah bersama berbagai pihak berkomitmen bahwa isu ini harus menjadi fokus bersama,” ujarnya dalam Festival Hari Anak Sedunia 2025 di Jakarta, yang dikutip pada Sabtu (22/11/2025).
Komitmen ini diwujudkan melalui penyusunan kerangka regulasi nasional. Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), Alexander Sabar, menjelaskan bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2025 (PP Tunas) dan Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2025 merupakan dua instrumen yang saling melengkapi. “PP Tunas menjadi aturan operasional bagi penyelenggara sistem elektronik (PSE), sementara Peta Jalan Perlindungan Anak di Ranah Daring menjadi arah strategis agar keluarga, sekolah, pemerintah, PSE, dan komunitas bergerak bersama,” terang Alex.
Dari sektor organisasi non-pemerintah, Save the Children Indonesia memperkuat kolaborasi melalui program First Click yang sejak 2024 bekerja sama dengan Kemen PPPA untuk pencegahan, penanganan, dan advokasi kebijakan perlindungan anak di dunia digital. “Kami mengajak kementerian/lembaga, swasta, orang tua, sekolah, hingga komunitas untuk bergerak bersama memastikan ruang digital yang aman bagi anak,” kata CEO Save the Children Indonesia, Dessy Kurwiany Ukar.
Dari sektor swasta, LEGO Group menegaskan komitmen membangun ekosistem digital yang ramah anak. Ardi Hendharto, Senior Manager Government and Public Affairs LEGO Group, menjelaskan bahwa LEGO mengembangkan LEGO Digital Design Principles for Kids yang menekankan aspek agency, autonomy, fun, creativity, dan social connection. Ardi menjelaskan sejumlah upaya penguatan keamanan digital, seperti: Verified Parental Control (VPC), Pro-Moderated Content, Konten aplikasi tanpa promosi dan transaksi, dan Program LEGO Build and Talk untuk membantu orang tua berdialog dengan anak mengenai keamanan digital dan isu seperti perundungan siber.
Berdasarkan LEGO Play Well Report, ditemukan kesenjangan pengetahuan orang tua dan anak terkait keamanan digital, di mana 41 persen orang tua tidak nyaman membahas isu tersebut, sementara 67 persen anak justru lebih memahami dunia digital dibanding orang tuanya. Senada dengan itu, Director of Trust and Safety Grab Indonesia, Radhi Juniantino, menyampaikan komitmen Grab menyediakan layanan yang aman dan inklusif bagi perempuan dan anak. Grab menghadirkan fitur: verifikasi wajah mitra, audio protect, trip monitoring, hingga family account, di mana orang tua dapat memantau perjalanan anak berusia 13–20 tahun. “Kami memastikan keamanan dan kenyamanan anak-anak dan remaja sebagai generasi masa depan Indonesia,” tegas Radhi.


















