Headline.co.id, Yogyakarta ~ SD Negeri Pojokusuman 1 di Yogyakarta berkomitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan memperkuat kompetensi guru melalui berbagai pelatihan dan workshop. Kepala Sekolah SDN Pojokusuman 1, Dwi Atmi Sutarini, menyatakan bahwa sekolahnya terus mendorong para guru untuk mengikuti pelatihan strategis dan berbagi ilmu melalui komunitas belajar internal.
“Guru-guru kami aktif mengikuti pelatihan. Ada yang belajar coding, Kurikulum Inovatif (KI), hingga Matematika Gembira. Semua ilmu baru harus dibagikan kembali melalui komunitas belajar sekolah,” ujar Dwi Atmi, saat ditemui di sekolah, Kamis (20/11/2025).
Dwi Atmi menjelaskan bahwa pelatihan tersebut termasuk kegiatan di Balai Besar Guru dan Tenaga Kependidikan (BBGTK), yang diikuti oleh kepala sekolah dan dua guru perwakilan — guru kelas atas dan kelas bawah — untuk memastikan transfer pengetahuan yang merata.
SDN Pojokusuman 1 memiliki ekosistem komunitas belajar (kombel) yang aktif, terdiri dari Kombel Paralel (antar kelas selevel, misalnya kelas 6A–6D), dan Kombel Senepusta (tataran sekolah). Selain itu, guru-guru di kelas paralel rutin bertemu untuk menyusun soal, melakukan refleksi pembelajaran, hingga menyelesaikan persoalan teknis belajar mengajar secara kolektif.
“Siapapun gurunya, kualitas pembelajaran di kelas paralel harus sama. Kalau ada kesulitan, dibahas bersama di paralel dulu, lalu dibawa ke kombel sekolah,” jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa pertemuan Kelompok Kerja Guru (KKG) setingkat paralel bisa berlangsung setiap hari, sementara workshop kombel sekolah diadakan minimal empat kali setahun. Workshop ini digelar di aula sekolah dengan narasumber beragam, mulai dari perguruan tinggi hingga lembaga pelatihan pemerintah.
Narasumber yang pernah diundang lain dosen dari UNY, UPY, Sanata Dharma, serta instruktur dari BBGTK dan BPNP. Guru internal yang telah mengikuti pelatihan tertentu juga turut menjadi pemateri.
Program ini dibiayai sekolah dan menjadi agenda rutin untuk memperkuat kapasitas guru dalam memenuhi standar pembelajaran modern. Kultur berbagi pengetahuan antar guru berjalan intens, terutama setelah kegiatan Jumat. “Anak-anak pulang untuk ekskul, dan kami lanjut belajar sendiri. Guru saling berbagi praktik baik hingga sore,” terang Dwi Atmi.
Dwi Atmi menekankan bahwa penguatan kompetensi matematika guru menjadi prioritas. “Matematika jangan sampai menjadi momok. Kami dorong pembelajaran yang menyenangkan dan berbasis permainan,” tegasnya. Ia juga menerangkan bahwa guru yang mengikuti pelatihan matematika ditugaskan untuk menyebarluaskan praktik mengajar baru agar seluruh kelas merasakan manfaatnya.




















