Headline.co.id, Yogyakarta ~ Penerapan metode pengajaran matematika yang baru di SDN Pojokusuman 1 Yogyakarta telah meningkatkan motivasi belajar siswa. Dalam pembelajaran pola bilangan dan pola gambar di kelas 4, siswa merasa lebih memahami materi dan menganggap matematika lebih menyenangkan dibandingkan sebelumnya. Tiga siswa kelas 4D, yaitu Jihan, Tantra, dan Satura, menyatakan bahwa matematika kini tidak lagi menakutkan. “Menyenangkan,” ujar Jihan saat ditemui di sekolah pada Kamis (20/11/2025).
Jihan menilai materi lebih mudah dipahami karena disampaikan melalui aktivitas bermain dan bergerak. Tantra menambahkan bahwa meskipun matematika kadang sulit, penjelasan yang runtut dan contoh konkret dari guru membuatnya lebih mudah. “Kalau ada yang belum ngerti, jadi susah. Tapi kalau dijelasin dulu baru latihan, jadi paham,” katanya. Satura menyebutkan bahwa pembelajaran menjadi lebih seru dengan adanya permainan dan kegiatan literasi numerasi yang membuat mereka aktif.
Jihan menjelaskan bahwa guru kelas, Ida Sekar Molina, memadukan permainan digital, aktivitas pola, dan diskusi kelompok dalam pembelajaran. Pendekatan ini membuat siswa lebih terlibat dan mampu mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari. “Dengan cara begitu, lebih mudah dimengerti,” ungkap Jihan. Tantra merasa kerja kelompok meningkatkan kepercayaan dirinya dalam menyelesaikan soal. “Bisa bekerja sama dengan teman,” ujarnya.
Para siswa juga menjelaskan bagaimana materi yang mereka pelajari dapat diterapkan dalam kehidupan nyata, seperti menghitung uang jajan atau menyusun keputusan dalam permainan digital. Salah satu siswa memberi contoh sederhana: dengan uang Rp5.000, ia dapat membeli tiga jajanan seharga Rp1.500 karena memahami konsep pengurangan dan perkalian. Sebagian besar siswa baru menyukai matematika setelah mendapatkan metode pembelajaran interaktif di kelas 4. Sebelumnya, di kelas 1–3, pembelajaran lebih berfokus pada hafalan dan hitungan kaku sehingga dianggap membingungkan. “Rumusnya lumayan susah. Bingung kalau harus mikir sendiri,” kata Tantra mengenang pengalaman belajar sebelumnya.
Kini, mereka dapat memahami pembagian melalui contoh konkret, salah satunya teknik lokal bernama “korokapit”—cara membagi menggunakan pendekatan kontekstual berbasis istilah Jawa. Pembelajaran semacam ini membuat materi seperti pola bilangan, perkalian, atau pembagian lebih membumi bagi siswa. “Sekarang lebih menemukan hal-hal baru yang seru,” kata Dega, siswa lain yang menyebut matematika tidak lagi sebatas “hitung-hitungan.”
Dega menambahkan bahwa pembelajaran menyenangkan juga diterapkan dalam mata pelajaran IPAS oleh guru Bu Zara. Materi seperti musim, iklim, magnet, hingga gaya gesek lebih mudah dipahami karena penyampaian guru yang jelas, memberi ruang bertanya, dan menghadirkan contoh konkret. “Lebih bisa dipahami,” kata Dega. Sesi dialog bersama siswa menunjukkan bahwa pembelajaran matematika yang menyenangkan berbasis bermain, pengalaman konkret, dan diskusi kelompok tidak hanya meningkatkan pemahaman, tetapi juga membangun kepercayaan diri. Siswa dapat melihat langsung bagaimana matematika berguna dalam aktivitas sehari-hari—dari mengatur uang jajan, menyusun strategi permainan digital, hingga menghitung formasi lapangan dalam olahraga.
Transformasi cara belajar ini sejalan dengan kebijakan Kemendikdasmen untuk meningkatkan kualitas belajar dasar dengan menempatkan pengalaman belajar sebagai inti proses, bukan sekadar hafalan rumus.





















