Headline.co.id, Sleman ~ Rombongan dari Sekolah Pascasarjana Magister Manajemen Bencana Universitas Gadjah Mada (UGM) mengunjungi Barak Inklusi Plosorejo, Kalurahan Umbulharjo, Kapanewon Cangkringan, pada Rabu (12/11/2025). Kunjungan ini bertujuan untuk mempelajari ketahanan masyarakat di Lereng Merapi dalam menghadapi risiko bencana. Rombongan yang dipimpin oleh Guru Besar Prof. Dr. Ir. Dina Ruslanjari dan terdiri dari 12 mahasiswa ini disambut oleh Kampung Siaga Bencana (KSB) Merapi Rescue, komunitas yang dikenal sebagai pelopor mitigasi dan kesiapsiagaan berbasis warga.
Kegiatan dimulai dengan penyambutan di Barak Pengungsian Inklusi Plosorejo, dilanjutkan dengan peninjauan Lumbung Sosial KSB Merapi, dan diskusi mendalam di Kandang Kuning Coffee and Space, Bendosari. Kegiatan ini menunjukkan bahwa mitigasi bencana tidak hanya dibangun melalui dokumen dan prosedur, tetapi juga melalui kedekatan sosial, gotong-royong, dan pengetahuan lokal.
Dalam sesi diskusi, berbagai elemen masyarakat berbagi kisah perjalanan mereka setelah erupsi Merapi. Mulai dari kelompok korban bencana yang kini mandiri, pengelola barak, pelaku UMKM, petani, karang taruna, hingga kelompok perempuan. Setiap cerita menekankan bahwa ketangguhan tumbuh ketika warga saling menguatkan. Mereka menggambarkan bagaimana kolaborasi dan kemandirian menjadi fondasi utama dalam membangun kembali kehidupan serta memperkuat ketahanan ekonomi, sosial, dan psikologis masyarakat.
Prof. Dina Ruslanjari menyampaikan apresiasi tinggi terhadap konsistensi dan inovasi warga KSB Merapi Rescue. “Pendekatan berbasis masyarakat seperti ini sangat penting untuk memperkuat ketahanan daerah rawan bencana. Dari Umbulharjo, kita belajar bahwa kesiapsiagaan bukan hanya soal tanggap darurat, tetapi juga tentang membangun kembali kehidupan dengan kearifan lokal,” ujarnya.
Kehadiran akademisi di tengah komunitas ini bertujuan untuk memperkuat jembatan pengetahuan ilmiah dan praktik langsung di lapangan. Ketua KSB Merapi Rescue menyambut baik kunjungan ini dan berharap kolaborasi dapat terus berlanjut. “Kami senang bisa berbagi pengalaman dan menerima masukan dari UGM. Harapannya, sinergi ini dapat terus berlanjut untuk memperkuat sistem tangguh bencana berbasis komunitas,” ungkapnya.
Kegiatan ditutup dengan peninjauan fasilitas lumbung sosial dan sarana pendukung kesiapsiagaan lainnya. Melalui pertemuan ini, diharapkan tercipta sinergi berkelanjutan akademisi dan masyarakat dalam membangun desa siaga sebagai bagian dari fondasi ketahanan bangsa. Kisah dari Umbulharjo hari itu bukan hanya catatan kunjungan, melainkan gambaran nyata bagaimana desa-desa di Lereng Merapi terus tumbuh menjadi ruang pembelajaran nasional: bahwa ketangguhan bisa dibangun dari solidaritas, keberanian, dan kearifan lokal.


















