Headline.co.id, Bantul ~ Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 19 Bantul, Yogyakarta, mengimplementasikan pembelajaran literasi digital untuk membekali siswa agar bijaksana dalam memanfaatkan teknologi dan media sosial. Inisiatif ini merupakan bagian dari upaya memperkuat karakter dan kesiapan siswa menghadapi tantangan di era digital.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas SRMA 19 Bantul, Lilik Eka Saputra, menegaskan bahwa literasi digital tidak hanya berfokus pada pembelajaran teknologi, tetapi juga mencakup pendidikan moral dan sosial di dunia maya. “Kami ingin menumbuhkan kesadaran agar anak-anak bijak dalam menggunakan media sosial. Harapan kami, mereka mudah beradaptasi di dunia digital, tetapi tetap berhati-hati dan beretika dalam berinteraksi,” ujarnya kepada di SRMA 19 Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Kamis (6/11/2025).
Lilik menjelaskan bahwa penerapan literasi digital di SRMA 19 Bantul dilakukan sejak dini agar siswa tidak hanya menjadi pengguna pasif, tetapi juga mampu memahami etika bermedia dan berpikir kritis terhadap informasi yang diterima. Program ini juga menjadi bagian dari pembelajaran berbasis karakter dan kemandirian, yang selama ini menjadi ciri khas sistem pendidikan di sekolah rakyat tersebut.
Penerapan literasi digital diharapkan dapat membangun tanggung jawab sosial siswa di ruang daring, sehingga mereka tidak mudah terpengaruh informasi palsu dan dapat memanfaatkan teknologi secara produktif. “Intinya, kami ingin membentuk generasi yang tidak hanya cakap digital, tapi juga beretika, berpikir kritis, dan mampu berkontribusi positif di ruang digital,” kata Lilik.
Sementara itu, Guru Coding dan Artificial Intelligence (AI) SRMA 19 Bantul, Erdittya Ekanovie Nindhitasari, menjelaskan bahwa pembelajaran literasi digital menjadi materi dasar sebelum siswa mempelajari teknologi lanjutan seperti pemrograman dan kecerdasan buatan. “Sebelum masuk ke materi coding atau AI, kami ajarkan literasi digital lebih dulu. Anak-anak belajar untuk mengenali perilaku bermedia sosial yang sehat, membedakan informasi benar dan hoaks, serta memahami bahaya penipuan online atau scam,” terangnya.
Erdittya menambahkan, siswa diajak berdiskusi tentang berbagai contoh nyata di dunia digital, termasuk cara memberikan komentar yang baik di media sosial serta mengenali modus penipuan yang marak terjadi secara daring. “Anak-anak kami dorong untuk berpikir kritis. Mereka belajar mengenali pola penipuan digital, tidak mudah percaya pada tautan mencurigakan, dan menjaga privasi di dunia maya,” katanya.
Dari sisi fasilitas, SRMA 19 Bantul juga tengah melengkapi infrastruktur teknologi informasi (TI) guna mendukung pembelajaran berbasis digital. Sekolah telah memiliki proyektor, laptop, dan perangkat smartboard di beberapa ruang kelas. “Sebagian perangkat sudah tersedia dan sedang menunggu proses instalasi lanjutan dari pihak penyedia. Kami ingin memastikan setiap kelas nantinya memiliki akses ke media pembelajaran digital yang memadai,” jelas Erdittya.





















