Headline.co.id (Bandung) ~ Suasana penuh semangat menyelimuti Gedung Hj. Kartimi Kridhoharsojo, Universitas Islam Bandung (Unisba), saat puluhan mahasiswa dari DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten mengikuti Indonesia Future Leaders Camp (FLC) 2025 yang digelar Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek). Kegiatan ini menjadi ruang pembelajaran bagi generasi muda untuk memaknai kembali esensi kepemimpinan di tengah dinamika era digital yang serba cepat.
Baca juga: CEO Brightminds: Monitoring Media Jadi Kunci Penguatan Reputasi dan Kebijakan Publik di Era Digital
Sebanyak 60 mahasiswa terpilih yang merupakan ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) maupun pengurus organisasi ekstrakampus mengikuti kegiatan tersebut setelah melalui proses seleksi administrasi yang ketat. Dengan mengusung semangat kolaboratif, mereka dibekali wawasan dan pengalaman langsung dari para tokoh inspiratif lintas bidang.
Kepemimpinan yang Tumbuh dari Kejujuran dan Kemanusiaan
Salah satu sesi paling berkesan datang dari Salman Subakat, Co-founder Paragon Technology and Innovation. Dalam pemaparannya, Salman menekankan bahwa inti dari kepemimpinan sejati bukanlah kekuasaan, melainkan kejujuran dan kemanusiaan.
Baca juga: Pemerintah Targetkan Seluruh Industri Nikmati Gas Murah pada 2027
“Saya selalu kagum melihat semangat mahasiswa. Di situlah lahir pemimpin-pemimpin sejati yang belajar melayani, bukan sekadar memerintah,” ujar Salman disambut tepuk tangan peserta.
Ia menambahkan, proses menjadi pemimpin tidak instan, melainkan tumbuh dari kebiasaan sederhana seperti mendengarkan, menghargai, dan berani bertanggung jawab. Menurutnya, kampus harus menjadi tempat aman bagi mahasiswa untuk bereksperimen, belajar gagal, dan belajar memperjuangkan nilai-nilai kebenaran.
Storytelling sebagai Kunci Pemimpin Masa Kini
Warna berbeda hadir dari sesi yang dibawakan oleh Imam Santoso, dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) sekaligus praktisi komunikasi publik, dalam materi bertajuk “The Power of Storytelling in Driving Social Change.” Dengan gaya santai dan komunikatif, Imam menegaskan bahwa kemampuan bercerita adalah salah satu ciri pemimpin modern.
“Pemimpin besar dunia selalu punya kemampuan bercerita. Storytelling membuat orang mau mendengarkan, percaya, dan bergerak,” jelas Imam.
Ia juga mengingatkan bahwa di era media sosial, setiap anak muda memiliki “panggung” untuk menunjukkan kepemimpinan mereka melalui berbagai platform digital.
“Anak muda sekarang punya panggungnya sendiri. Dari Instagram, TikTok, sampai podcast, semuanya bisa jadi ruang kepemimpinan. Pertanyaannya, apakah kita menggunakan ruang itu untuk hal yang berarti?” tegasnya.
Imam turut berbagi kisah pribadinya dalam membangun karier secara otodidak. Ia menegaskan bahwa kepemimpinan bukan tentang siapa yang paling pandai berbicara, melainkan siapa yang paling berani mendengarkan.
Baca juga: Kemenkomdigi Perkuat Sinergi Komunikasi Publik Melalui Tiga Agenda Strategis di Bali
“Saya tidak pernah sekolah komunikasi, tapi saya belajar dari kesalahan dan pengalaman. Dari situlah saya sadar, memimpin itu bukan soal siapa yang paling pintar bicara, tapi siapa yang paling berani mendengarkan,” tuturnya.
FLC 2025: Ajang Latihan Kepemimpinan Seutuhnya
Selain sesi inspiratif, FLC 2025 juga menghadirkan berbagai kegiatan interaktif seperti diskusi kelompok, simulasi kepemimpinan, dan leadership challenge yang menguji kemampuan peserta mengambil keputusan di bawah tekanan. Dari kegiatan tersebut, mahasiswa diajak memahami bahwa kepemimpinan adalah seni menyeimbangkan logika dan empati.
Baca juga: Mahasiswa di Bantul Tewas Usai Terlibat Kecelakaan Beruntun di Jalan Imogiri Barat
Salah satu peserta, Nafisha Zachra dari Politeknik Krakatau Cilegon, mengaku mendapatkan pengalaman berharga dari kegiatan ini.
“Saya sadar, jadi pemimpin itu bukan soal bisa memerintah, tapi soal siap mendengarkan orang lain,” ungkap Nafisha penuh semangat.
Rektor Unisba: FLC Jadi Proses Pembentukan Karakter Bangsa
Rektor Universitas Islam Bandung, A. Harits Nu’man, mengapresiasi kegiatan FLC 2025 yang menurutnya menjadi wadah strategis untuk membentuk calon pemimpin bangsa yang berkarakter dan berintegritas tinggi.
“FLC bukan sekadar pelatihan, tapi sebuah proses pembentukan karakter bangsa,” ujar Rektor Harits.
Baca juga: Menteri Widiyanti Tegaskan Komitmen Kemenpar Perkuat Transparansi dan Pelayanan Publik
Ia menambahkan, kegiatan tersebut tidak hanya memperluas wawasan mahasiswa, tetapi juga menanamkan nilai daya saing, integritas, serta keilmuan yang kuat sebagai bekal menghadapi tantangan global.
“Mudah-mudahan forum ini benar-benar meresap di hati mahasiswa, untuk menjadi pemimpin masa depan yang tangguh dan berintegritas. Dan semoga di tahun 2045 nanti, saat Indonesia Emas tercapai, lahir para pemimpin yang terbentuk melalui Future Leader Camp,” pungkasnya.
Dengan berakhirnya kegiatan FLC 2025 Regional I di Bandung, semangat kepemimpinan baru tampak tumbuh di kalangan mahasiswa. Dari ruang kecil kampus, benih-benih pemimpin muda berintegritas itu mulai disemai, membawa harapan akan lahirnya generasi yang mampu menuntun Indonesia menuju masa depan yang lebih beradab, inovatif, dan berkeadilan.





















