Headline.co.id (Jakarta) ~ Dokter spesialis gizi klinik lulusan Universitas Indonesia, dr. Pande Putu Agus Mahendra, M.Gizi, SpGK, menegaskan pentingnya asupan protein dalam mendukung tumbuh kembang anak. Ia menyebutkan, rendahnya konsumsi protein pada anak bisa menjadi pemicu terjadinya stunting yang masih menjadi masalah gizi di Indonesia. Pernyataan ini disampaikan dr. Pande saat dihubungi di Jakarta, Jumat (27/9).
Baca juga: IGID Menyapa Pekanbaru Dorong Generasi Muda Isi Ruang Digital dengan Konten Positif
Menurut Pande, protein merupakan salah satu nutrisi makro yang berperan dalam pembentukan serta regenerasi sel tubuh, terutama otot rangka. Namun, ketika asupan protein tidak mencukupi, risiko malnutrisi pada anak meningkat sehingga berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan mereka.
“Kasus malnutrisi banyak terjadi pada anak dengan asupan protein yang rendah, dan memicu terjadinya stunting,” kata Pande.
Ia menambahkan, meskipun protein sangat penting, konsumsinya juga perlu disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Konsumsi protein yang berlebihan justru bisa memengaruhi organ tubuh lain, khususnya ginjal.
“Protein tanpa komponen nutrisi makro lainnya tidak akan dapat berperan dengan sempurna,” ujarnya.
Baca juga: Menteri ATR Tegaskan Pentingnya PTSL dan Tata Ruang pada Peringatan HANTARU 2025
Pande menjelaskan, kebutuhan protein anak ditentukan berdasarkan usia dan berat badan sesuai dengan rekomendasi WHO dan konsensus internasional. Sementara untuk orang dewasa, rata-rata kebutuhan protein berada pada kisaran 0,8–1,2 gram per kilogram berat badan (kgBB). Bagi individu dengan aktivitas fisik tinggi, kebutuhan ini bisa dinaikkan hingga 1,6–1,8 g/kgBB.
“Riset dari McMaster University dan ACSM menunjukkan tidak ada manfaat tambahan jika konsumsi protein lebih dari 1,8 g/kgBB, justru berpotensi mengganggu fungsi organ,” jelasnya.
Terkait sumber protein, Pande menyebutkan pilihan pangan hewani seperti ikan, telur, unggas, serta daging putih dan merah, maupun protein nabati seperti tempe dan tahu. Namun, ia mengingatkan adanya risiko alergi dari beberapa jenis protein, baik dari laut maupun kacang-kacangan.
Baca juga: Apel Akbar di Lapangan Trirenggo Jadi Momentum Sinergi TNI-Polri dan Masyarakat
“Cukup banyak kasusnya seperti pangan laut dari jenis bercangkang atau crustacea, mollusca, dan beberapa jenis ikan laut hingga ikan air tawar yang bisa memicu alergi,” kata dia.
Ia menegaskan, protein nabati bisa menjadi alternatif bagi mereka yang menjalani pola makan vegetarian, meski tetap memiliki risiko alergi.
“Produk nabati juga ada dan pada beberapa kasus dapat memicu kematian karena terjadinya afiksia,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Pande juga menyinggung program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah. Menurutnya, pilihan protein untuk program massal sebaiknya menggunakan bahan yang relatif aman seperti unggas, telur, daging, serta protein nabati. Namun, kontrol dan evaluasi harian tetap diperlukan mengingat alergi bersifat individual.
“Yang terpenting adalah pengawasan dalam pengolahan, penyimpanan, dan pengantaran, serta evaluasi harian kepada anak-anak,” tutupnya.
Baca juga: Menag Nasaruddin Umar: Al-Qur’an Tegaskan Kedudukan Perempuan Setara dengan Laki-Laki






















