Headline.co.id (Palangka Raya) – Suasana Aula Telkom Palangka Raya, Minggu (20/7/2025), dipenuhi gelak tawa dan semangat kolaborasi. Sebanyak 60 anak, mulai dari usia 3 hingga 12 tahun, termasuk di antaranya anak-anak penyandang disabilitas, larut dalam keseruan workshop membuat totebag ecoprint. Kegiatan ini digelar dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional (HAN) 2025, dengan tema yang menyentuh hati: “Tangan-Tangan Hebat Karya Bersahabat.”
Workshop ini bukan sekadar ajang kreatifitas, melainkan wujud nyata ruang inklusif bagi anak-anak dari beragam latar belakang. Kegiatan ini terselenggara berkat kolaborasi sejumlah komunitas dan organisasi di Palangka Raya, yakni Sekolah Rakyat Merdeka Kalteng, Turun Tangan Palangka Raya, Komunitas Pensil Kita, Ikatan Guru Pendidikan Khusus (IGPK) Kalteng, dan GMNI Universitas Palangka Raya.
Ecoprint untuk Semua Anak
Teknik ecoprint dipilih karena mudah dipraktikkan dan kaya nilai edukasi. Dengan memanfaatkan dedaunan sebagai motif alami, anak-anak dikenalkan pada cara pewarnaan ramah lingkungan. Masing-masing peserta mendapat bahan dan alat untuk menciptakan totebag ecoprint sebagai karya pribadi—bukan sekadar karya seni, tapi simbol keberanian dan kebersamaan.
“Ini bukan hanya soal seni. Kami ingin mengajak anak-anak belajar tumbuh bersama tanpa batasan, tanpa stigma,” ujar Naswa, Ketua Panitia Pelaksana. Menurutnya, kegiatan ini adalah contoh sederhana namun bermakna tentang bagaimana inklusivitas bisa dirayakan melalui kegiatan yang menyenangkan.
Belajar Menghargai Perbedaan Sejak Dini
Workshop ecoprint ini menjadi momen penting dalam peringatan Hari Anak Nasional di Kalimantan Tengah. Tidak hanya seremonial, tetapi juga membawa pesan kuat tentang pemberdayaan dan kepedulian sosial, terutama kepada anak-anak penyandang disabilitas.
“Melibatkan mereka dalam proses kreatif seperti ini membangun keberanian dan rasa percaya diri. Mereka belajar menghargai perbedaan sekaligus merasakan bahwa dunia ini memang milik bersama,” lanjut Naswa.
Para orang tua dan pendamping yang hadir pun tampak antusias. Beberapa bahkan ikut membantu anak-anak mengatur daun dan menyusun pola di atas kain sebelum proses pewarnaan dimulai.
Harapan untuk Gerakan Lebih Luas
Kegiatan ini diharapkan menjadi inspirasi bagi berbagai pihak agar lebih banyak ruang ramah anak yang mengedepankan nilai inklusi bisa tercipta di berbagai daerah.
“Kami berharap ini bisa menjadi pemantik. Bahwa membangun lingkungan inklusif itu tidak harus rumit atau mahal, cukup dimulai dari kegiatan sederhana yang dilakukan dengan hati,” tutup Naswa.
Hari itu, totebag ecoprint bukan sekadar hasil karya tangan-tangan kecil, tapi juga simbol dari cita-cita besar: dunia yang lebih ramah, setara, dan bersahabat untuk semua anak.




















