Headline.co.id (Jakarta) — Komitmen pemerintah untuk menghapus kelaparan dan memperkuat kualitas pendidikan terus bergerak maju. Program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang selama ini menyasar pelajar umum, kini resmi menjangkau Sekolah Rakyat—program pendidikan khusus bagi anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem, hasil inisiatif Presiden Prabowo Subianto.
Sejak Senin, 14 Juli 2025, pelaksanaan Sekolah Rakyat mulai berjalan. Bersamaan dengan itu, MBG secara bertahap telah masuk ke lingkungan sekolah-sekolah tersebut.
“Jumlah penerima manfaat dari pelajar Sekolah Rakyat saat ini sudah mencapai 848 orang,” ungkap Staf Khusus Badan Gizi Nasional (BGN), Redy Hendra Gunawan, saat konferensi pers, Sabtu (19/7/2025).
Namun, angka ini bukan titik akhir. Redy menegaskan, jumlah penerima MBG akan terus bertambah seiring berkembangnya Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di berbagai wilayah.
Tiga Kali Makan, Dua Kali Kudapan
Program MBG di Sekolah Rakyat memiliki skema yang berbeda dari sekolah umum. Jika di sekolah reguler peserta didik hanya menerima satu kali makan siang, anak-anak Sekolah Rakyat mendapatkan paket lengkap: tiga kali makan (sarapan, makan siang, dan makan malam), plus dua kali kudapan pada pagi dan sore hari.
“Gizi yang cukup dan seimbang bukan sekadar soal kenyang, tapi soal hak anak untuk tumbuh, belajar, dan bermimpi dengan layak,” ujar Redy.
Tak hanya sekadar menyalurkan makanan, BGN memastikan infrastruktur pelayanan gizi benar-benar siap. Dari pemetaan terakhir, ada 16 SPPG yang sudah operasional untuk mendukung Sekolah Rakyat. Dua di antaranya, SPPG Margahayu dan Graha Prima Kencana, bahkan telah menjadi model percontohan pelayanan gizi di berbagai jenjang pendidikan.
6,3 Juta Penerima MBG Se-Indonesia
Secara nasional, Program MBG menunjukkan perkembangan pesat. Hingga akhir pekan ini, jumlah SPPG yang beroperasi telah mencapai 2.109 unit—bertambah 111 unit hanya dalam waktu lima hari. Total penerima manfaat MBG kini tercatat sebanyak 6.379.433 orang, tersebar di seluruh provinsi.
BGN juga tengah mempersiapkan tenaga profesional untuk memperkuat lini distribusi MBG di daerah. Sebanyak 30 ribu Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia (SPPI) telah selesai menjalani pelatihan intensif selama enam bulan.
Mereka akan menjadi kepala SPPG di berbagai wilayah dengan tugas utama memastikan penyediaan dan distribusi makanan bergizi berjalan sesuai standar.
“SPPI tidak hanya dibekali keterampilan teknis, tetapi juga pendidikan karakter, kepemimpinan, dan semangat bela negara. Ini adalah gerakan nasional, bukan sekadar program makan gratis,” tegas Redy.
Standar Ketat, Makanan Aman
BGN menegaskan, keamanan dan kualitas makanan tetap menjadi prioritas utama. Seluruh penyelenggara SPPG wajib mematuhi standar operasional ketat agar program MBG benar-benar membawa dampak positif bagi anak-anak Indonesia, khususnya mereka yang paling membutuhkan.
“Ini tentang masa depan generasi bangsa. Kita tidak ingin hanya sekadar memberi makan, tapi memberi harapan dan peluang,” pungkas Redy.

















