Sejarah Kerajaan Islam Pertama di Nusantara: Menelusuri Jejak Kesultanan Perlak ~ Headline.co.id (Jakarta). Islam telah mengukir sejarah panjang di Indonesia, dan pengaruhnya telah dirasakan sejak masa perdagangan di Nusantara. Di antara berbagai kerajaan Islam yang muncul, Kesultanan Perlak di Sumatera kerap dianggap sebagai kerajaan Islam pertama di wilayah ini.
Dilansir dari kanal YouTube JejakTruz pada Kamis (6/3), sejarahnya tidak hanya menggambarkan perjalanan dakwah melalui jalur perdagangan, tetapi juga mengisahkan dinamika politik, budaya, dan pertukaran antar peradaban di Asia Tenggara.
Latar Belakang: Perdagangan dan Penyebaran Islam di Nusantara
Wilayah Indonesia pada masa lampau menjadi persinggahan strategis bagi para pedagang dari berbagai penjuru dunia, terutama dari Arab, India, Persia, dan Cina. Melalui jalur perdagangan yang melintasi Selat Malaka, berbagai ajaran dan kebudayaan baru mulai merambah ke Nusantara.
Baca juga: Doa Ramadan Hari Ke-7: Teks Arab, Latin, dan Terjemahan Lengkap, Apa Faidahnya?
Sumatera, dengan kekayaan hasil bumi dan letaknya yang strategis, menjadi daerah yang paling awal mendapatkan pengaruh Islam. Para pedagang tidak hanya membawa barang dagangan, tetapi juga nilai-nilai keagamaan yang kemudian menyebar ke kalangan masyarakat lokal.
Awal Mula Munculnya Kesultanan Perlak
Seiring dengan maraknya perdagangan internasional di Selat Malaka, wilayah Perlak mulai dikenal sebagai pusat aktivitas ekonomi dan dakwah. Nama Perlak sendiri diambil dari jenis kayu khas daerah yang digunakan oleh para nelayan untuk membuat perahu. Menurut beberapa sumber sejarah, wilayah ini sudah menjadi tujuan para pedagang dan dakwah sejak abad awal Islam.
Baca juga: Doa Mandi Wajib Setelah Haid: Tata Cara dan Penjelasan Lengkap, Jangan Sampai Salah!
Pada sekitar tahun 790 M, sebuah kapal layar berlabuh di Bandar Perlak. Kapal tersebut membawa kurang lebih 100 juru dakwah yang dipimpin oleh seorang nahkoda dari era Khalifah Abbasiyah, yaitu Ali bin Muhammad Jafar Sidik.
Meskipun awalnya dikenal sebagai seorang muslim Syiah yang pernah melakukan pemberontakan kepada Khalifah al-Ma’mun, Ali bin Muhammad Jafar Sidik kemudian diperintahkan untuk menyebarkan ajaran Islam di luar negeri Arab.
Dalam perjalanan dakwahnya, ia menikah dengan seorang putri istana Perlak. Putra pertama dari pernikahan tersebut, Syekh Maulana Abdul Aziz, kemudian mendirikan Kesultanan Perlak pada 1 Muharram 225 Hijriah (sekitar tahun 840 M). Dengan gelar Sultan al-Aaidin Syed Maulana Abdul Aziz Shah, ia memimpin kerajaan Islam pertama di Nusantara.
Baca juga: Doa Ramadan Hari Ke-6: Meniti Kesucian Ramadan dengan Keikhlasan dan Harapan
Dinamika Kepemimpinan dan Konflik Internal
Setelah pendirian Kesultanan Perlak, kepemimpinan diteruskan oleh keturunan Sultan al-Aaidin Syed Maulana Abdul Aziz Shah. Penerusnya, seperti Sultan al-Aaidin Syed Maulana Abdul Rahim Shah dan Sultan al-Aaidin Syed Maulana Abbasiyah, memerintah di tengah-tengah tantangan internal. Konflik antara pengikut Syiah dan Ahlussunnah mulai mencuat, yang sempat mengakibatkan perpecahan di kalangan rakyat Perlak.
Pada periode konflik kedua, terjadi perubahan kepemimpinan singkat ketika Said Maulana Ali Mukhni dilantik sebagai sultan baru. Namun, pemerintahannya hanya berlangsung singkat. Konflik internal semakin mendalam hingga akhirnya muncul faksi-faksi yang membagi wilayah Kesultanan Perlak menjadi dua bagian, yakni wilayah pesisir yang cenderung didominasi oleh pengikut Syiah dan wilayah pedalaman yang dipimpin oleh kaum Sunni.
Baca juga: Text Khutbah Jumat Singkat: Wujudkan Kesalehan Sosial, Bangun Karakter Muslim yang Kuat
Perpecahan ini menandai periode pergolakan di mana masing-masing faksi berusaha mempertahankan kekuasaannya. Di antara para sultan dari golongan Sunni, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Qodir Syekh Johan dan penerusnya berhasil memimpin wilayah secara relatif stabil.
Namun demikian, dinamika internal yang kompleks ini akhirnya membuat Kesultanan Perlak harus menghadapi serangkaian konflik lanjutan, terutama setelah serangan dari kerajaan Buddha Sriwijaya di tahun 986 M.
Konflik dengan Sriwijaya dan Akhir Kesultanan Perlak
Sriwijaya, kerajaan Buddha yang pernah mendominasi wilayah Nusantara, menyerang bagian pesisir Kesultanan Perlak. Dalam pertempuran besar yang berlangsung selama bertahun-tahun, Sultan al-Aaidin Syekh Maulana Muhammad Syah gugur, dan kekuasaan di wilayah pesisir pun perlahan diambil alih oleh faksi pedalaman yang beraliran Sunni. Konflik ini menandai titik balik penting dalam sejarah Perlak.
Baca juga: Mengintip Keistimewaan Bulan Ramadan: Momentum Penuh Berkah, Ampunan, dan Kesempatan Mustajab
Pada akhirnya, setelah melalui berbagai pertempuran dan negosiasi damai, Kesultanan Perlak mulai kehilangan kekuasaannya. Pengaruh kerajaan Islam baru, seperti Kerajaan Samudra Pasai yang muncul pada tahun 1267 M, semakin menguatkan penyebaran Islam di Nusantara.
Proses penggabungan wilayah Perlak ke dalam Kerajaan Samudra Pasai, yang dilakukan pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Malik Az-Zahir, menandai berakhirnya era Kesultanan Perlak sebagai kerajaan Islam pertama di Nusantara.
Baca juga: Bacaan Sholawat Agar Hujan Berhenti: Panduan Lengkap Doa Menenangkan Hati dan Mengundang Keberkahan
Bukti Sejarah dan Peninggalan
Sejarah Kesultanan Perlak didukung oleh berbagai bukti sejarah yang dapat dipercaya. Di antaranya adalah:
- Naskah Ilham Hak karya Abu Ishaq Makkarani
- Naskah Tadzkirah Tablet Jumbo Sultan as-salatin karya Syekh Samsul Bahri Abdullah al-Habsyi
- Naskah silsilah raja-raja Perlak dan Pasai karya Sayyid Abdullah Ibnu Said Habib Saifudin
Selain naskah, peninggalan material seperti mata uang, stempel kerajaan, dan makam raja juga menjadi saksi bisu keberadaan Kesultanan Perlak. Mata uang kerajaan yang terdiri dari emas (dirham), perak (kupang), dan tembaga (kuningan) merupakan salah satu bukti konkret yang menunjukkan kemajuan ekonomi dan perdagangan di masa itu.
Baca juga: Sholawat Pembuka Pintu Rezeki: Mengukir Keberkahan dan Harapan di Bulan Ramadan
Signifikansi Sejarah
Kesultanan Perlak tidak hanya mencatatkan awal penyebaran Islam di Nusantara, tetapi juga membuka jalan bagi munculnya kerajaan-kerajaan Islam selanjutnya seperti Kerajaan Samudra Pasai dan Kesultanan Aceh.
Warisan budaya dan keagamaan yang ditinggalkan oleh Kesultanan Perlak terus dijadikan rujukan bagi para sejarawan dan peneliti dalam memahami dinamika awal Islam di Indonesia.
Melalui kajian sejarah yang mendalam dan bukti-bukti arkeologis yang ada, kita dapat menyimpulkan bahwa Kesultanan Perlak merupakan pionir dalam peradaban Islam di Nusantara.
Sejarahnya mengajarkan bahwa perdagangan internasional dan pertukaran budaya memiliki peran penting dalam menyebarkan nilai-nilai keislaman dan membentuk identitas bangsa Indonesia.
Baca juga: Gus Baha Ungkap Hikmah di Balik Tradisi Buka Puasa yang Fleksibel
Kesimpulan
Kesultanan Perlak adalah kerajaan Islam pertama di Nusantara yang lahir dari pertemuan budaya melalui jalur perdagangan. Meskipun menghadapi konflik internal dan serangan dari kekuatan eksternal seperti Sriwijaya, warisan sejarah Perlak tetap menjadi fondasi penting bagi perkembangan Islam di Indonesia.
Dengan mempelajari peninggalan dan naskah-naskah sejarah, kita tidak hanya mengenal masa lalu, tetapi juga memahami akar keislaman yang telah membentuk wajah budaya dan peradaban bangsa Indonesia hingga saat ini
Baca juga: Menyelami Makna Ramadan: Ceramah Agama Edisi Khusus Bulan Suci yang Menginspirasi





















