Pendapat Mazhab Syafi’i
Imam Nawawi dalam Majmu’ Syarhil Muhadzab menjelaskan bahwa sahur dapat dilakukan sejak pertengahan malam hingga terbitnya fajar. Bahkan, dalam mazhab ini, seseorang tetap dianggap sahur meskipun hanya dengan minum air, karena inti dari sahur adalah keberkahan, bukan sekadar jumlah makanan yang dikonsumsi.
Baca juga: Lupa Niat Puasa Ramadhan, Apakah Sah? Ini Penjelasan Lengkap Buya Yahya
Pendapat Mazhab Hanbali
Mazhab Hanbali, sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Musthafa as-Suyuthi ar-Rahibani, mengakui bahwa waktu sahur dimulai sejak pertengahan malam. Namun, yang paling utama adalah mengakhirkan sahur selama masih ada waktu sebelum fajar, karena hal ini lebih memberikan kekuatan dalam menjalankan puasa.
Kesimpulan: Kapan Waktu Sahur yang Paling Utama?
Berdasarkan berbagai pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa waktu terbaik untuk sahur adalah pada sepertiga atau seperenam bagian terakhir dari malam sebelum fajar terbit. Hal ini sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad saw. yang selalu mengakhirkan sahur hingga mendekati waktu Subuh. Dengan demikian, bagi umat Islam yang ingin mendapatkan keberkahan maksimal dari sahur, sebaiknya tidak melakukannya terlalu awal, melainkan mendekati waktu fajar.
Sebagai penutup, sahur bukan hanya sekadar mengisi perut sebelum puasa, tetapi juga momen ibadah yang mendatangkan keberkahan. Maka dari itu, marilah kita melaksanakan sahur dengan penuh kesadaran dan mengikuti sunnah Rasulullah agar mendapatkan manfaat dunia dan akhirat.
Baca juga: Meneladani Konsep Puasa Ramadhan Ala KH. Sholeh Darat di Era Digital





















