UE Berencana Sanksi Menteri Israel, Selamatkan Kredibilitas di Timur Tengah
Jakarta – Uni Eropa (UE) berupaya membenahi reputasinya di Timur Tengah dengan mempertimbangkan sanksi terhadap dua menteri sayap kanan Israel.
Diplomat senior UE, Josep Borrell, akan mengajukan proposal sanksi terhadap Itamar Ben-Gvir dan Bezalel Smotrich pada pertemuan menteri luar negeri UE pekan ini.
Borrell menuduh kedua menteri tersebut mengeluarkan pernyataan dan tindakan provokatif yang menuai kecaman internasional. Meski mengakui adanya penolakan dari sekutu Israel seperti Hongaria dan Republik Ceko, UE bertekad melanjutkan usulan sanksi.
Sumber dalam UE menilai, langkah ini penting untuk menunjukkan bahwa UE tidak menoleransi perilaku ekstremis. “Kami harus membuktikan bahwa kami tidak menerapkan standar ganda,” ujar seorang sumber.
Sebelumnya, Borrell berulang kali mengutuk serangan pemukim Israel yang meningkat. Dia mengkritik kunjungan kontroversial Ben-Gvir ke Masjid Al-Aqsa, yang menyinggung umat Islam.
Menteri Keamanan Nasional Israel itu juga menyerukan pemotongan bantuan dan bahan bakar ke Gaza. Menteri Keuangan Smotrich bahkan dianggap memicu hasutan untuk melakukan kejahatan perang dengan menyarankan “mungkin benar dan bermoral” untuk membuat warga Gaza kelaparan demi membebaskan tawanan Israel.
Borrell memperingatkan bahwa sanksi mungkin diperlukan terhadap pendukung pemukim yang kejam, termasuk anggota pemerintah Israel.
Sikap UE terhadap konflik Israel-Gaza terbilang beragam, berbeda dengan persatuannya dalam menghadapi perang di Ukraina. Negara-negara anggota UE pernah memberikan suara berbeda-beda atas resolusi PBB yang menyerukan gencatan senjata dan bantuan kemanusiaan di Gaza.
Dengan rencana sanksi ini, UE berharap dapat meningkatkan kredibilitasnya di Timur Tengah dan menunjukkan konsistensi dalam menegakkan standar internasional.
sumber: https://www.cnbcindonesia.com/news/20240826192928-4-566547/uni-eropa-serukan-hukuman-untuk-2-menteri-garis-keras-israel-kenapa.





















