Konflik yang Membayangi Lebanon: Perang Baru yang Lebih Buruk dari 2006
Jakarta, Headline.co.id – Konflik sengit yang melibatkan Hizbullah dari Lebanon dan militer Israel kian memperburuk situasi di Timur Tengah. Kekhawatiran akan perang regional yang meluas pun semakin menguat.
Jika perang terjadi, dampaknya akan jauh lebih besar bagi Lebanon dibandingkan tahun 2006, ketika pertempuran selama sebulan dengan Israel berakhir imbang. Saat ini, Lebanon tengah berjuang menghadapi krisis politik dan ekonomi selama bertahun-tahun. Negara ini terlilit utang, kekurangan listrik dan perbankan yang layak, serta kemiskinan yang merajalela.
Kekuatan militer Hizbullah yang jauh lebih besar dari sebelumnya juga menimbulkan kekhawatiran bahwa perang baru akan lebih merusak dan berkepanjangan.
Perang yang Lebih Buruk dari 2006
sejak dimulainya perang Israel-Hamas di Gaza pada 7 Oktober lalu, konflik tersebut sebagian besar terbatas pada kota-kota perbatasan. Namun, ancaman perang yang lebih luas telah membuat Lebanon berjuang mempersiapkan rumah sakit dan sekolah umum sebagai tempat berlindung.
Serangan udara Israel di Beirut selatan bulan lalu yang menewaskan seorang komandan tinggi Hizbullah memicu kekhawatiran lebih lanjut. Pemerintah dan badan-badan PBB telah menyiapkan rencana respons komprehensif, memproyeksikan biaya hingga US$100 juta jika terjadi perang habis-habisan.
Terlilit Utang dan Kekurangan Uang
Korupsi dan kelumpuhan politik selama bertahun-tahun telah membuat bank-bank di Lebanon hampir tidak berfungsi, sementara layanan listrik bergantung pada generator diesel swasta. Layanan publik juga bergantung pada bantuan internasional, yang saat ini berada pada tingkat minimal.
Ledakan pelabuhan Beirut pada tahun 2020 semakin memperburuk situasi, sementara pandemi COVID-19 menghantam ekonomi. Pariwisata, yang diandalkan Lebanon untuk memulihkan perekonomian, juga terpukul akibat konflik perbatasan dengan Israel.
Lebanon juga menampung lebih dari 1 juta pengungsi Suriah, yang menambah beban pada sistem kesehatan dan sumber daya negara.
Logistik yang Sulit
Pada tahun 2006, Israel membombardir landasan pacu satu-satunya bandara Lebanon, melumpuhkan infrastruktur penting dan menyebabkan kerugian miliaran dolar. Saat ini, tidak jelas apakah pelabuhan Beirut yang belum sepenuhnya pulih dari ledakan 2020 memiliki kapasitas yang cukup jika terjadi perang luas.
Lebanon juga menghadapi tantangan dalam penyimpanan makanan dan bahan bakar karena krisis keuangan. “Lebanon tampaknya memiliki stok makanan dan bahan bakar untuk dua-tiga bulan, tetapi apa yang terjadi setelah jangka waktu ini?” kata Laila Al Amine dari Mercy Corps.
Kekuatan Hizbullah
Hizbullah diperkirakan memiliki sekitar 15.000 roket pada tahun 2006, namun perkiraan terbaru menunjukkan jumlah tersebut telah meningkat hingga 10 kali lipat. Kelompok itu juga memperoleh senjata yang lebih canggih, termasuk rudal presisi dan drone.
Hizbullah telah memperluas persenjataan dan kemampuan pesawat nirawaknya, yang menjadi ancaman terhadap pertahanan udara Israel. Pejabat Lebanon dan diplomat internasional berharap gencatan senjata di Gaza dapat membawa ketenangan di Lebanon selatan. Hizbullah telah menyatakan akan menghentikan serangan jika ada gencatan senjata di Gaza, namun situasi tetap tidak pasti.
sumber: https://www.cnbcindonesia.com/news/20240826193922-4-566555/fakta-fakta-perang-israel-vs-hizbullah-adu-kuat-2-musuh-timur-tengah.


















