Headline.co.id, Jakarta ~ Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) memperluas program AI Talent Factory (AITF) sebagai upaya strategis untuk meningkatkan kapasitas dan daya saing talenta kecerdasan artifisial (AI) di Indonesia. Langkah ini dilakukan melalui kolaborasi dengan lebih banyak perguruan tinggi nasional serta penguatan pendekatan pembelajaran berbasis kebutuhan nyata industri dan pemerintah.
Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Nezar Patria, menyatakan bahwa AITF merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan talenta digital Indonesia agar dapat bersaing di tengah perkembangan AI global yang pesat. “Yang kita lakukan pada hari ini kita juga merayakan kelulusan mereka yang mengikuti program AI Talent Factory di Universitas Brawijaya. Dan ini adalah salah satu bentuk upaya dilakukan oleh Komdigi untuk meningkatkan kemampuan digital talent kita di bidang Artificial Intelligence,” ujar Nezar pada AI Talent Day & Graduation 2025 di Jakarta, Rabu (17/2/2025).
Nezar menegaskan bahwa program AITF tidak akan berhenti pada satu perguruan tinggi saja. Ke depan, cakupan program ini akan diperluas dengan melibatkan kampus-kampus strategis lainnya. “Kita sudah bekerja sama dengan Universitas Brawijaya dan untuk tahun depan kita akan bekerja sama dengan UGM (Universitas Gajah Mada) lalu juga dengan ITS (Institut Sepuluh November Surabaya). Dan beberapa universitas lain akan segera menyusul bentuk program AI Talent Factory,” jelasnya.
Menurut Nezar, perluasan AITF dilakukan untuk menjawab tantangan global sekaligus memanfaatkan potensi besar Indonesia, baik dari sisi sumber daya manusia maupun sumber daya alam. “Kenapa ini kita lakukan? Karena kita ingin meningkatkan, kita ingin melakukan leveling up terhadap kemampuan digital talent kita pada hari ini agar bisa berkompetisi, agar bisa mempunyai daya saing yang cukup kuat di tengah gencarnya dinamika pengembangan teknologi dan Artificial Intelligence di dunia,” tegasnya.
Dalam pelaksanaannya, AITF dirancang bukan sebagai pelatihan biasa, melainkan sebagai ruang pembelajaran intensif berbasis use case yang langsung terkait dengan persoalan nyata di sektor publik dan industri. Pendekatan ini diharapkan mampu membentuk talenta AI yang tidak hanya memahami teori, tetapi juga mampu merancang dan mengimplementasikan solusi.
Nezar menekankan bahwa Komdigi mendorong talenta AI Indonesia agar tidak berhenti sebagai pengguna teknologi. “Tetapi tentu saja kita tidak hanya ingin menjadi pengguna. Kita tidak hanya ingin jadi user tapi kita ingin menjadi deployer sekaligus juga developer di bidang Artificial Intelligence,” ujarnya.
Untuk itu, pengembangan AITF mengusung pendekatan triple C, yakni complete, connect, dan create. “Yang pertama adalah complete, mereka menyelesaikan pendidikan yang sudah disiapkan dengan modul-modul yang selalu di-update dengan perkembangan terkini. Lalu yang kedua kita harapkan mereka bisa connect, connect dengan kebutuhan industri. Lalu yang ketiga adalah create,” kata Nezar.
Ia menjelaskan bahwa aspek create menjadi fondasi penting agar talenta AI mampu memberikan dampak nyata bagi pembangunan nasional. “Create di sini adalah bagaimana mereka bisa memberikan solusi-solusi dengan intervensi teknologi Artificial Intelligence untuk persoalan-persoalan bangsa dan juga perusahaan-perusahaan sehari-hari yang mereka hadapi dengan ilmu yang mereka miliki,” lanjutnya.
Nezar menambahkan, pendidikan dan pembinaan melalui AITF diharapkan menjadi titik awal bagi generasi muda Indonesia untuk terus mendalami teknologi AI dan berkontribusi lebih besar dalam pengembangan solusi berbasis kecerdasan artifisial. “Kami berharap pendidikan ini bukan menjadi tujuan akhir, tapi menjadi titik awal bagi generasi muda kita untuk bisa semakin bergairah untuk mendalami teknologi baru ini,” tuturnya.
Melalui perluasan AI Talent Factory, Komdigi menargetkan lahirnya talenta AI unggul yang mampu menjadi pencipta teknologi, memperkuat ekosistem inovasi nasional, serta mendukung pertumbuhan ekonomi digital Indonesia di masa depan.




















