Headline.co.id, Bener Meriah ~ Pemerintah Provinsi Aceh memastikan bahwa ketersediaan beras di wilayahnya tetap terjaga meskipun baru saja mengalami bencana banjir dan tanah longsor. Saat ini, stok beras di Aceh mencapai sekitar 80 ribu ton, yang diperkirakan cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat hingga Juni 2026. Pemerintah daerah bersama instansi terkait terus memantau ketersediaan dan distribusi pangan untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga di pasaran.
Kepala Dinas Pangan Provinsi Aceh, Surya Rayendra, menyatakan bahwa secara keseluruhan stok beras masih terkendali. Namun, ada beberapa kabupaten dan kota yang persediaannya mulai menipis, sehingga diperlukan langkah antisipasi cepat dengan menambah pasokan. “Secara umum stok beras di Aceh mencukupi. Tetapi memang ada beberapa kabupaten dan kota yang stoknya mulai menipis dan harus segera kita tambah. Untuk itu, kami terus berkoordinasi dengan Bulog agar kebutuhan beras masyarakat tetap terpenuhi,” ujar Surya Rayendra dalam konferensi pers di Banda Aceh, Sabtu (13/12/2025).
Daerah yang menjadi perhatian utama saat ini termasuk Aceh Tengah dan Bener Meriah, di mana gudang Bulog untuk kedua wilayah tersebut berada di Kabupaten Aceh Tengah (Takengon). Kondisi geografis dan keterbatasan akses transportasi pascabencana membuat distribusi beras ke wilayah tersebut tidak dapat dilakukan dalam jumlah besar secara cepat. “Transportasi dari Banda Aceh ke Takengon masih cukup sulit, sehingga membawa beras dalam jumlah besar menjadi tantangan. Namun kami sudah melakukan antisipasi dengan mendatangkan tambahan stok. Alhamdulillah, dua hari lalu sudah masuk sekitar 5 ton beras ke Aceh Tengah,” jelasnya.
Penambahan pasokan ini akan terus dilakukan secara bertahap. Pemerintah daerah juga memprioritaskan distribusi logistik esensial lainnya, seperti alat kesehatan dan kebutuhan dasar, seiring dengan membaiknya akses jalan nasional di beberapa titik. “Apabila jalur Lhokseumawe–Bener Meriah sudah bisa dilalui dengan lebih baik, distribusi logistik akan semakin dioptimalkan. Stok beras di Aceh Tengah juga akan kita tambah lagi sesuai kebutuhan,” katanya.
Selain mengandalkan stok reguler, Pemerintah Aceh juga menerima 10 ribu ton beras bencana dari pemerintah pusat melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas). Bantuan ini disalurkan melalui Gubernur Aceh dan didistribusikan ke kabupaten dan kota terdampak sesuai permintaan kepala daerah setempat. “Penyaluran beras bencana ini akan segera dilakukan, terutama untuk daerah yang membutuhkan pasokan pangan bagi korban banjir dan bencana hidrometeorologi lainnya,” ujar Surya.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi Aceh telah menyalurkan 4.390,2 ton dari total 6.298,4 ton beras bencana kepada kabupaten dan kota terdampak. Penyaluran dilakukan melalui Bulog di masing-masing daerah. Sisa 1.899,1 ton masih tersedia dan siap disalurkan, menunggu permintaan resmi dari bupati atau wali kota kepada Gubernur Aceh. Surya merinci, dari 18 kabupaten dan kota yang terdampak bencana di Aceh, penyaluran beras bencana telah tuntas di 10 daerah, lain Kota Langsa (564,3 ton), Aceh Tenggara (20 ton), Kota Subulussalam (39,4 ton), Aceh Barat (121 ton), Aceh Singkil (133,3 ton), Aceh Selatan (12,2 ton), Pidie (121,6 ton), Pidie Jaya (345 ton), Nagan Raya (89,6 ton), dan Aceh Besar (4,7 ton).
Sementara itu, delapan kabupaten/kota lainnya masih menunggu proses penyaluran karena belum mengajukan permintaan resmi. Delapan daerah tersebut meliputi Aceh Tamiang, Aceh Utara, Kota Lhokseumawe, Aceh Timur, Aceh Tengah, Bireuen, Gayo Lues, dan Bener Meriah. Surya menegaskan, Pemerintah Aceh terus mendorong pemerintah kabupaten dan kota terdampak agar segera mengajukan permintaan sesuai kebutuhan di lapangan. Langkah ini penting untuk memastikan bantuan pangan dapat tersalurkan tepat waktu dan tepat sasaran. “Kami ingin memastikan tidak ada masyarakat terdampak bencana yang mengalami kekurangan pangan. Dengan stok yang ada dan dukungan pemerintah pusat, Aceh insyaallah aman dari krisis beras,” pungkasnya.





















