Headline.co.id, Jakarta ~ Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno menekankan bahwa kualitas sumber daya manusia (SDM) dan kekuatan institusi merupakan fondasi utama untuk mencapai Indonesia Maju. Pernyataan ini disampaikan dalam kuliah umum di hadapan peserta Pendidikan Pemantapan Pimpinan Nasional (P3N) Angkatan XXVI Tahun 2025 di Auditorium Gadjah Mada, Lemhannas RI, Jakarta, pada Kamis (6/11/2025).
Pratikno menjelaskan bahwa negara maju umumnya menunjukkan korelasi kuat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Produk Domestik Bruto (PDB). Negara dengan IPM tinggi cenderung memiliki pertumbuhan ekonomi yang kuat karena kualitas manusianya menjadi penggerak utama pembangunan. “Negara dengan IPM tinggi biasanya memiliki ekonomi yang kuat karena kualitas manusianya,” ujar Pratikno.
Ia juga menyoroti paradoks yang dialami banyak negara dengan sumber daya alam (SDA) melimpah, di mana kekayaan alam yang seharusnya menjadi anugerah justru berubah menjadi kutukan sumber daya atau resource curse karena tidak dikelola dengan baik untuk memajukan perekonomian. “Kekayaan alam bisa menjadi kutukan jika tidak dikelola dengan baik,” jelasnya.
Pratikno mencontohkan fenomena Dutch Disease yang pernah dialami Belanda ketika sektor minyak dan gas membuat sektor lain melemah hingga perekonomian kolaps. Dari situ, ia menekankan pentingnya membangun sistem yang mampu mengubah keberlimpahan sumber daya menjadi anugerah, bukan musibah. “Keberhasilan bangsa tidak ditentukan oleh banyaknya sumber daya, tetapi oleh kualitas manusia dan institusinya,” tegasnya.
Lebih lanjut, Pratikno menjelaskan bahwa pembangunan manusia tidak cukup berhenti pada pengembangan talenta (talent development), tetapi juga perlu diperkuat dengan strategi mempertahankan (talent retention) dan menarik talenta global (talent acquisition). “Kita perlu strategi untuk mempertahankan dan menarik talenta global,” ungkapnya.
Pratikno menambahkan bahwa SDM unggul dan tangguh harus memiliki empat pilar utama: sehat secara fisik dan mental, berkualitas, relevan dengan kebutuhan zaman, serta kontributif terhadap masyarakat. Dalam konteks kesehatan, ia menyoroti isu stunting dan tuberkulosis (TBC) sebagai tantangan besar yang menjadi perhatian utama pemerintah. Penanganan isu tersebut, kata dia, memerlukan kerja lintas sektor yang solid dan terkoordinasi. “Penanganan stunting dan TBC memerlukan kerja lintas sektor,” jelasnya.
Menko PMK juga menekankan bahwa institusi harus bertransformasi menjadi smart ministry dengan memanfaatkan teknologi digital dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan fungsi Sinkronisasi, Koordinasi, dan Pengendalian (SKP). “Kompleksitas persoalan lintas sektor harus disederhanakan. Di Kemenko PMK, kami mulai memanfaatkan AI untuk membantu monitoring dan koordinasi secara real time. Teknologi itu memang punya risiko, seperti halnya naik pesawat. Tapi tanpa teknologi, kita tidak akan kompetitif,” ujar Pratikno.
Ia menutup dengan penegasan bahwa pemanfaatan teknologi dan penguatan SDM adalah dua sisi yang saling melengkapi. Teknologi harus digunakan secara bijak dan cerdas, agar benar-benar menjadi alat bantu dalam membangun manusia Indonesia yang unggul dan tangguh.





















