Headline.co.id, Gunungkidul ~ Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yang tergabung dalam Tim Pevillia Dent PKM-RE 2025 berhasil mengembangkan inovasi berupa gel biokomposit untuk remineralisasi gigi. Gel ini memanfaatkan bahan lokal seperti cangkang kerang hijau (Perna viridis) dan daun teh hijau (Camellia sinensis). Cangkang kerang hijau digunakan untuk sintesis nano-hidroksiapatit karena kandungan kalsiumnya yang tinggi, sementara daun teh hijau berfungsi sebagai agen antibakteri alami berkat kandungan fluoride dan polifenolnya.
Produk yang dihasilkan adalah gel biokomposit nano-hidroksiapatit dan daun teh hijau dengan struktur partikel nano. Struktur ini memungkinkan gel menembus, melekat, dan memperkuat gigi secara biomimetik. Uji kekerasan yang dilakukan di Laboratorium Bahan dan Produksi Sekolah Vokasi UGM menggunakan gigi sapi menunjukkan peningkatan kekerasan email dan penurunan porositas setelah penggunaan gel selama empat hari. “Uji antibakteri di Laboratorium Riset Terpadu Fakultas Kedokteran Gigi UGM juga menunjukkan zona hambat terhadap Streptococcus mutans, menandakan aktivitas antimikroba yang efektif,” ujar Hasan Rabbani, Ketua Tim Pevillia Dent PKM-RE 2025.
Tim Pevillia Dent PKM-RE 2025 terdiri dari Hasan Rabbani (Fisika 2024), Achmad Musa Nurhadi (Kedokteran Gigi 2024), Irya Dira dan Jovanka Sandy (Kimia 2023), serta Ifah Nuur Rakhimah (Biologi 2024). Mereka dibimbing oleh Prof. Dr. Eng. Yusril Yusuf, pakar fisika material dari FMIPA UGM. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji remineralisasi gigi sebagai cara mencegah karies. Cangkang kerang hijau dari Pantai Baron, Gunungkidul, dipilih karena kandungan kalsium karbonatnya yang mencapai 95,69 persen, ideal untuk sintesis nano-hidroksiapatit. “Proses sintesis dilakukan melalui metode sintering dengan kontrol suhu 1000°C,” jelas Hasan.
Hasan Rabbani menyatakan bahwa ide riset ini muncul dari observasi tingginya prevalensi karies di Indonesia, yang mencapai 82,8 persen menurut data Kementerian Kesehatan 2023. “Kami ingin menghadirkan solusi dari bahan lokal yang efektif, aman, dan berkelanjutan,” tambahnya. Achmad Musa Nurhadi menambahkan, gel ini mampu menembus lapisan email gigi, berbeda dengan fluoride topikal yang hanya bekerja di permukaan. “Formulasi kami bebas dari risiko alergi protein susu sapi yang sering ditemukan pada produk impor,” ujarnya.
Gel ini dapat diaplikasikan dengan mudah menggunakan ujung jari bersih atau spatula silikon kecil, dioleskan merata pada permukaan gigi dua kali sehari setelah menyikat gigi. Achmad memastikan ukuran partikel dan struktur kristal gel telah sesuai standar biomaterial. “Tantangan utama adalah menjaga kestabilan gel, yang berhasil diatasi dengan pengaturan pH,” imbuhnya.
Jovanka Sandy menjelaskan bahwa uji antibakteri menggunakan kultur Streptococcus mutans. Tim menghadapi kendala seperti mencari furnace bersuhu 1000°C dan proses sterilisasi gel. “Berkat bimbingan intensif dan kolaborasi lintas laboratorium, tim berhasil menyelesaikan tahapan uji hingga formulasi final,” ungkapnya. Tim Pevillia Dent PKM-RE 2025 berharap produk ini dapat dikembangkan lebih lanjut menuju tahap paten dan produksi skala industri.
Prof. Yusril Yusuf menyatakan bahwa penelitian ini merupakan sinergi multidisiplin di UGM, memadukan fisika material, kimia analitik, biologi, dan kedokteran gigi dalam satu produk biomimetik yang berorientasi pada keberlanjutan. Tim Pevillia Dent PKM-RE UGM kini bersiap mengikuti Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 2025 di Universitas Hasanuddin.





















