Headline.co.id (Jakarta) ~ Kementerian Pariwisata (Kemenpar) merilis kajian terbaru berjudul “Dampak Libur Nasional terhadap Sektor Pariwisata” yang dipublikasikan pada Jumat (22/8/2025) di Jakarta. Kajian ini disusun untuk memetakan peluang, hambatan, dan tantangan dalam memanfaatkan momentum libur nasional sebagai instrumen pendorong pertumbuhan ekonomi pariwisata. Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenpar, Martini Mohamad Paham, menyebutkan libur nasional kerap mendorong pergerakan wisatawan nusantara dan mancanegara, namun pemanfaatannya belum optimal karena masih ada kendala pada kapasitas layanan dan strategi promosi.
Baca juga: Menpar Tegaskan Keselamatan Wisatawan Prioritas Utama, Tragedi Rinjani Jadi Pengingat Nyata
Kajian tersebut menekankan bahwa sektor pariwisata memiliki peran strategis dalam memperkuat identitas budaya, membuka lapangan kerja, serta meningkatkan ekonomi nasional. Data BPS 2024 menunjukkan jumlah perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) mencapai 1,02 miliar perjalanan, naik signifikan dari 839,7 juta perjalanan pada 2023. Momentum libur sekolah, cuti bersama, dan hari raya nasional disebut menjadi faktor utama lonjakan mobilitas wisatawan sepanjang pertengahan tahun.
Peningkatan mobilitas ini berdampak langsung pada okupansi hotel, pendapatan restoran, penjualan tiket atraksi, sektor transportasi wisata, hingga memberi efek berganda pada UMKM lokal. Meski begitu, tantangan seperti kemacetan, keterbatasan fasilitas umum, dan kebersihan lingkungan masih menjadi persoalan utama yang harus ditangani secara sistemik melalui kolaborasi lintas pemangku kepentingan.
Baca juga: Air Terjun Ciherang Bogor: Wisata Alam, Sejarah, dan Cerita Mistis dalam Satu Tempat
Asisten Deputi Manajemen Strategis Kemenpar, I Gusti Ayu Dewi Hendriyani, menjelaskan penelitian dalam kajian difokuskan pada dampak libur sekolah terhadap pariwisata di Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan libur sekolah mampu meningkatkan okupansi hotel hingga 60 persen, kunjungan destinasi sebesar 73,1 persen, serta pendapatan hotel dan destinasi masing-masing sebesar 40 persen dan 80,7 persen. Dari sisi sosial, libur sekolah juga memperkuat relasi keluarga, dengan 58,9 persen wisatawan berwisata bersama keluarga dan 99,3 persen menyatakan puas atas pengalaman wisatanya.
Dewi menambahkan, kajian ini menghasilkan rekomendasi jangka pendek hingga menengah, seperti penguatan promosi berbasis kalender libur nasional, manajemen kapasitas destinasi, dan peningkatan kualitas layanan pada musim ramai. Rekomendasi utama juga menekankan pentingnya peran aktif pemerintah pusat dan daerah dalam mengintegrasikan strategi pariwisata agar libur nasional tidak hanya menjadi agenda wisata tahunan, tetapi juga instrumen pemulihan ekonomi dan penguatan ekosistem pariwisata nasional secara berkelanjutan.
Baca juga: Benteng Vredeburg, Jejak Sejarah yang Hidup di Jantung Kota Yogyakarta




















