Headline.co.id, Jakarta ~ Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) Republik Indonesia telah mengambil langkah tegas dengan memusnahkan produk udang re-impor yang terkontaminasi radioaktif Cesium-137 (Cs-137). Dalam upaya ini, KLH bekerja sama dengan PT. Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI). Arum Tri Pusposari, Public Relation & Legal Manager PPLI, menyampaikan hal ini dalam acara Ngopling (Ngobrol Peduli Lingkungan) yang berlangsung di kawasan Tebet, Jakarta, pada Selasa, 2 Desember 2025.
Pada tahap pertama, yang dilaksanakan pada 17 November 2025, pemerintah berhasil memusnahkan 94 kardus atau setara dengan 1,04 ton udang yang terkontaminasi Cs-137 di fasilitas milik PPLI. Arum menjelaskan bahwa pemusnahan ini dilakukan di PT PPLI karena fasilitas tersebut merupakan pusat pengolahan limbah B3 terpadu yang berstandar internasional. Pemusnahan ini dilakukan berdasarkan rekomendasi dari BRIN dan BAPETEN, setelah hasil pengukuran menunjukkan kadar cesium-137 pada udang sekitar 10 Bq per kilogram, jauh di bawah batas aman 100 Bq per kilogram.
Proses pemusnahan dilakukan menggunakan insinerator thermal bersuhu 400 derajat Celsius, dengan pengawasan langsung dari BAPETEN, BRIN, dan KLH. Insinerator ini dilengkapi dengan alat pengendalian emisi dan Continuous Emission Monitoring (CEM) untuk memastikan tidak ada partikel berbahaya yang terlepas ke udara. Abu hasil pembakaran, baik fly ash maupun bottom ash, kemudian disolidifikasi menggunakan beton dan diperkuat dengan cupol yang mengandung timbal sebelum ditempatkan di landfill kelas 1 yang dioperasikan oleh PT PPLI.
Acara Ngopling yang diadakan oleh PT Prasadha Pemusnah Limbah Industri (PPLI) bersama Aliansi Jurnalis Peduli Lingkungan Indonesia (AJPLI) di Taman Teras, Tebet Eco Park Jakarta, menjadi forum diskusi yang penting. Forum ini menghadirkan Arum Tri Pusposari dan Fazri Rizkiya, Ketua AJPLI, sebagai narasumber. Diskusi ini menyoroti peran strategis media dalam menyuarakan persoalan ekologis dan memperkuat sinergi dunia industri dan insan pers.
Fazri Rizkiya menekankan pentingnya peran jurnalis dalam membaca fenomena kerusakan lingkungan, mulai dari pencemaran hingga isu limbah yang semakin kompleks. Menurutnya, forum seperti Ngopling menjadi wadah penting untuk membangun pemahaman bersama, menjaga objektivitas pemberitaan, serta mendorong ekosistem informasi publik yang lebih sehat. “Refleksi akhir tahun ini penting agar kita memahami perjalanan isu lingkungan yang muncul sepanjang 2025, apa tantangannya, bagaimana media mengawal, dan sejauh mana industri bisa berkontribusi,” ujar Fazri.
PPLI menegaskan komitmennya sebagai perusahaan pengelola limbah industri terbesar dan paling lengkap di Indonesia untuk terus mengawal proses sosialisasi dan edukasi terkait pelestarian lingkungan, terutama akibat pencemaran limbah. Sejak 1994, PPLI telah mengelola lebih dari 5 juta ton limbah dari berbagai sektor industri dengan standar teknis dan regulasi yang ketat. Dengan area operasional sekitar 60 hektar, PPLI menjadi satu-satunya perusahaan dengan fasilitas landfill sedimen khusus, insinerator terbesar yang ramah lingkungan, fasilitas pengolahan abu pembakaran, dan fasilitas pengelolaan limbah PCBs.
PPLI juga menerapkan Continuous Emission Monitoring System (CEMS) untuk memantau emisi secara real-time, memastikan seluruh proses pembakaran dengan kapasitas 50 ton per hari berjalan aman bagi lingkungan. Sepanjang tahun 2025, PPLI aktif mendukung agenda lingkungan pemerintah, mulai dari penanaman pohon, pembersihan sungai, hingga pemusnahan limbah impor ilegal.
Melalui kegiatan ini, PPLI dan AJPLI memperkuat komitmen bersama untuk terus mengawal keberlanjutan lingkungan, sekaligus menutup tahun dengan refleksi hijau yang memberikan arah lebih baik bagi pengelolaan isu lingkungan di tahun mendatang.





















