Headline.co.id, Bogor ~ Wakil Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Komjen Pol. Prof. Dr. Dedi Prasetyo, S.H., M.Hum., M.Si., M.M., menekankan pentingnya peran Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Polri dalam mendorong perubahan di tubuh Polri. Ia menyatakan bahwa Puslitbang harus menjadi pusat perubahan yang dinamis dan berbasis riset. Pernyataan ini disampaikan dalam kunjungan kerja ke Puslitbang Polri di Bojonggede, Kabupaten Bogor.
Komjen Dedi menjelaskan bahwa setelah dibentuknya Komisi Percepatan Reformasi Polri oleh Presiden Jenderal (Purn.) Prabowo Subianto, Puslitbang menjadi lembaga pertama yang dikunjungi. Hal ini karena reformasi Polri harus dimulai dari riset yang valid dan teruji secara ilmiah. “Mengapa yang pertama dikunjungi adalah Puslitbang? Karena kita ingin perbaikan Polri tidak hanya berdasarkan persepsi atau tekanan publik, tetapi melalui riset yang valid dan teruji secara keilmuan,” tegasnya.
Dalam arahannya, Wakapolri menekankan bahwa reformasi sejati tidak bisa hanya lahir dari meja rapat, tetapi harus berdasarkan data dan fakta lapangan. “Puslitbang harus urip, hidup, dan turun. Harus hadir di tengah masyarakat, di ruang pelayanan, di tempat anggota bertugas. Riset tidak boleh berhenti di laboratorium — ia harus menyentuh realitas, mendengar keluhan publik, dan melihat tantangan langsung di lapangan,” ujarnya.
Setelah memberikan arahan di Puslitbang, Wakapolri melakukan uji petik pelayanan publik di Polsek Tajurhalang, Kabupaten Bogor. Langkah ini menunjukkan bahwa reformasi Polri kini bergerak dari konsep menuju praktik nyata. “Kita jadi tahu bagaimana alur pelayanan publik di tingkat dasar berjalan. Bagaimana laporan diterima, bagaimana pengaduan masyarakat ditindaklanjuti, dan mengapa sering muncul keluhan. Ternyata masalah bukan hanya di personel, tapi juga di alur pelayanan, penganggaran, dan pembagian tugas. Ini yang harus kita benahi,” jelas Wakapolri.
Wakapolri menegaskan bahwa Puslitbang harus menjadi lembaga yang mengawal reformasi Polri secara berkelanjutan. Setiap kebijakan harus melalui tahapan riset, pengujian, dan evaluasi agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan membawa dampak nyata bagi masyarakat. “Perbaikan Polri harus terukur. Harus ada baseline-nya, datanya, indikatornya. Dan semua itu dimulai dari Puslitbang,” ujar Wakapolri.
Komjen Dedi menggambarkan Puslitbang sebagai “api perubahan Polri” — sumber energi yang menyalakan semangat transformasi di seluruh jajaran. “Kalau Puslitbang hidup, Polri bergerak. Kalau Puslitbang menyala, reformasi berjalan. Api perubahan itu harus dijaga, agar semangat membenahi institusi tidak padam,” tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Wakapolri juga meninjau Laboratorium Elektronika, Alpalhankam, Persenjataan, dan Transportasi yang menjadi sarana pengujian perlengkapan operasional Polri. Ia menilai, fasilitas Puslitbang telah sangat maju dan dapat dioptimalkan untuk mendukung pengujian alat, teknologi, serta kajian ilmiah terhadap pelayanan kepolisian berbasis digital dan empati sosial.
Kapuslitbang Polri, Brigjen Pol. FX. Surya Kumara, S.H., M.H., menyampaikan komitmennya untuk segera menindaklanjuti perintah dan arahan Wakapolri. “Kami akan segera melaksanakan perintah dan arahan Wakapolri. Apa yang beliau sampaikan menjadi bara semangat kami untuk terus menyala dan berkontribusi nyata dalam mengawal perubahan Polri melalui riset yang berbasis ilmu pengetahuan,” ungkapnya.
Kunjungan kerja ini menandai bahwa reformasi Polri kini bergerak dengan pendekatan ilmiah dan empiris. Puslitbang tidak lagi hanya berfungsi sebagai laboratorium alat, tetapi sebagai pusat riset kebijakan publik kepolisian, yang menyalakan api perubahan di seluruh lini organisasi. Dengan Puslitbang yang urip — yang hidup, turun, dan mendengar — Polri berkomitmen mempercepat reformasi menuju institusi yang presisi, humanis, dan dipercaya masyarakat. “Puslitbang adalah api perubahan Polri. Dari sinilah bara reformasi itu dijaga agar terus menyala,” tutup Wakapolri.





















