Headline.co.id (Jakarta) ~ Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan sebanyak 26 kejadian bencana terjadi di berbagai wilayah Indonesia sepanjang 31 Oktober hingga 1 November 2025. Sebagian besar bencana tersebut disebabkan oleh cuaca ekstrem dan curah hujan tinggi yang memicu banjir, tanah longsor, serta angin kencang. Dari total kejadian, 14 di antaranya berdampak signifikan terhadap masyarakat di sejumlah provinsi, seperti DKI Jakarta, Jawa Tengah, Banten, dan Jawa Barat.
Baca juga: Kapolri Ajak Mahasiswa Jadi Aktor Utama Menuju Indonesia Emas 2045
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menjelaskan bahwa tim BNPB terus melakukan koordinasi dengan BPBD di daerah untuk memastikan penanganan bencana berjalan cepat dan tepat sasaran. “Kami memastikan bantuan logistik, evakuasi warga, serta pembersihan pascabencana dilakukan secara cepat dan terkoordinasi. Masyarakat diminta tetap waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi di awal November ini,” ujarnya, Sabtu (1/11/2025).
Banjir tercatat sebagai jenis bencana yang paling banyak terjadi. Di Jakarta Selatan, banjir merendam 322 rumah dan berdampak pada 553 jiwa. Sebanyak 15 kepala keluarga sempat mengungsi sebelum akhirnya kembali ke rumah masing-masing setelah air surut. Tim Reaksi Cepat (TRC) BNPB bersama BPBD DKI Jakarta turun langsung membantu proses pembersihan pascagenangan di empat kecamatan.
Di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten, sebanyak 420 rumah warga terdampak banjir. Meski air kini telah surut di sebagian besar wilayah, BNPB tetap menerjunkan TRC untuk mendampingi BPBD dalam memastikan kebutuhan dasar warga terdampak terpenuhi.
“BNPB memastikan bantuan logistik dan layanan darurat tetap disiagakan hingga seluruh wilayah pulih,” kata Abdul Muhari.
Selain banjir, angin kencang juga melanda Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, dan mengakibatkan 12 rumah rusak. Petugas gabungan bersama warga telah membersihkan pohon tumbang yang menimpa atap rumah dan menutup akses jalan lingkungan. Sementara di Kabupaten Batang, gempa bumi ringan menyebabkan empat rumah mengalami kerusakan tanpa menimbulkan korban jiwa.
Kondisi cukup serius terjadi di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, akibat pergerakan tanah yang berdampak pada 89 kepala keluarga. Sebanyak 19 rumah rusak berat dan 66 lainnya terancam longsor susulan. Lima keluarga mengungsi secara mandiri ke rumah kerabat. BPBD setempat terus memantau potensi longsor mengingat curah hujan di wilayah pegunungan tersebut masih tinggi.
Di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, banjir merendam 207 rumah dan berdampak pada lebih dari 800 jiwa. Warga sempat dievakuasi ke lokasi aman, termasuk ke kantor pemasaran perumahan terdekat. Kini, air mulai surut dan warga perlahan kembali ke rumah masing-masing.
BNPB juga mencatat banjir di Kota Semarang, Jawa Tengah, yang hingga kini masih menyisakan genangan di beberapa titik dengan total lebih dari 22 ribu rumah terdampak. Tim gabungan dari BPBD, TNI, Polri, dan relawan masih terus melakukan penyedotan air serta pembersihan lingkungan.
Sementara itu, banjir bandang di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, berdampak pada lebih dari 3.000 jiwa. Pemerintah daerah memperpanjang status tanggap darurat selama tujuh hari untuk mempercepat pemulihan infrastruktur dan pemukiman warga. Di Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara, banjir bandang juga berdampak pada lebih dari 5.500 jiwa. Walau air sudah surut, aktivitas warga belum sepenuhnya normal.
Untuk bencana non-hidrometeorologi, aktivitas kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di beberapa provinsi seperti Sumatera Selatan, Riau, dan Kalimantan Tengah menunjukkan tren penurunan. Berdasarkan pantauan satelit Sipongi per 30 Oktober 2025, tidak ditemukan titik panas di Sumatera Selatan, sementara di Riau terpantau 61 titik panas dengan intensitas rendah hingga sedang. Tim Satgas Gabungan tetap disiagakan untuk mencegah munculnya titik api baru.
“BNPB akan terus mendampingi pemerintah daerah agar respons terhadap bencana semakin cepat dan efisien. Kolaborasi lintas sektor menjadi kunci utama dalam meminimalkan risiko bencana,” tegas Abdul Muhari.
Baca juga: Jatuh dari Sepeda Saat Pulang Gowes, Warga Yogyakarta Meninggal Dunia di RS PKU Bantul






















