Eksodus Warga Selandia Baru Berlanjut Akibat Ekonomi Terpuruk
Headline.co.id, Jakarta – Perekonomian yang terus memburuk memicu eksodus besar-besaran warga Selandia Baru. Dalam 12 bulan terakhir, 131.200 orang meninggalkan negara tersebut, jumlah tertinggi dalam sejarah.
Departemen Statistik Selandia Baru melaporkan bahwa dari jumlah tersebut, 80.200 merupakan warga negara asli. Kelompok usia mayoritas yang mengungsi adalah antara 20 hingga 39 tahun, dengan kelompok usia 25-29 tahun sebagai yang terbanyak.
“Ekonomi Selandia Baru melambat dalam satu setengah tahun terakhir, mengakibatkan hilangnya pekerjaan, terutama di kalangan generasi muda,” kata Shamubeel Eaqub, Kepala Ekonom Institut Penelitian Ekonomi Selandia Baru.
Melonjaknya biaya hidup, suku bunga, dan pengangguran menjadi faktor utama pengungsian warga. Eaqub memperkirakan tren ini akan terus berlanjut hingga pasar kerja membaik.
Pandemi COVID-19 memperburuk kondisi ekonomi negara. Karantina wilayah yang ketat dan isolasi terkelola yang diberlakukan untuk memberantas virus menyebabkan penutupan bisnis dan hilangnya pendapatan. Insentif pemerintah setelah pandemi berakhir juga belum cukup memulihkan permintaan.
Inflasi yang tinggi memperparah situasi dengan mengurangi daya beli konsumen. Tingkat inflasi tahunan Selandia Baru mencapai 7,3% pada kuartal Juni 2022, tertinggi dalam lebih dari tiga dekade.
Wilson Ong, 32, seorang manajer di industri ritel mode, mengaku telah kehilangan banyak teman yang pergi ke luar negeri karena inflasi tinggi dan pencabutan subsidi.
“Ciri khas perekonomian buruk adalah kurangnya kesempatan menaikkan upah sebanding dengan biaya hidup,” kata Ong, yang saat ini mencari pekerjaan di negara lain.
Australia menjadi tujuan utama bagi warga Selandia Baru yang mengungsi. Warga Selandia Baru yang telah tinggal di Australia selama empat tahun berhak mengajukan kewarganegaraan. Pemerintah Australia juga menawarkan gaji yang lebih tinggi untuk berbagai posisi, misalnya mandor konstruksi yang bisa memperoleh hingga 60% lebih tinggi di Sydney daripada di Auckland.
Perlambatan sektor konstruksi di Selandia Baru juga memicu hilangnya pekerja konstruksi dan insinyur ke negara lain seperti Australia. “Kita berpotensi kehilangan orang-orang berpendidikan tinggi yang memilih bekerja di luar negeri,” kata Alistair Tuffley, Ekonom di ASB Bank.
sumber: https://www.cnbcindonesia.com/news/20240909180951-4-570394/negara-maju-tetangga-ri-krisis-warganya-ramai-kabur-ke-luar-negeri.




















