Mantan Polisi Temukan Jalan Kekayaan dari Mesin ATM
Headline.co.id, Jakarta – Paul Alex, mantan polisi di San Francisco, mengubah hidupnya secara drastis melalui investasi di mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
Awalnya, Alex adalah polisi berprestasi dengan gaji yang menggiurkan. Namun, tuntutan pekerjaan yang berat membuatnya merasa tidak seimbang. Pada 2020, ia mulai mencari alternatif pekerjaan untuk mendapatkan fleksibilitas dan stabilitas keuangan.
Setelah mempertimbangkan beberapa pilihan, Alex memilih untuk berinvestasi di mesin ATM. Ide ini muncul setelah ia mendapatkan informasi dari seorang rekan kerja. Ia pun mendalami bisnis ATM melalui grup media sosial, YouTube, dan berbagai bahan bacaan.
“Modal yang dikeluarkan tidak terlalu banyak, tidak seperti bisnis properti,” ujar Alex. “Risikonya juga relatif minim. Jika mesin ATM tidak menghasilkan di satu lokasi, kami bisa memindahkannya ke tempat lain yang lebih strategis.”
Pada 2018, Alex memulai bisnis ATM sebagai pekerjaan sampingan. Mesin ATM yang dipasang dengan cepat memberikan profit yang signifikan. Tiga tahun kemudian, ia mengundurkan diri dari kepolisian dan fokus mengelola bisnis ATM-nya.
Berdasarkan data yang dilihat Headline.co.id, penjualan total perusahaan Alex, ATMTogether, mencapai US$ 12 juta (Rp 185 miliar) dari Januari 2021 hingga April 2023. Profit bersihnya mencapai US$ 2,5 juta (Rp 38,6 miliar).
Selain ATMTogether, Alex juga mendirikan perusahaan Merchant Task Force yang menyediakan layanan terminal kartu kredit. Pendapatan perusahaan ini mencapai US$ 844.000 (Rp 13 miliar) dengan profit bersih US$ 742.000 (Rp 11,4 miliar) pada periode yang sama.
Alex menekankan pentingnya menemukan lokasi yang strategis untuk memasang mesin ATM. Setelah mengamati selama dua minggu, ia mendapatkan lokasi-lokasi yang ramai seperti toko minuman keras, restoran, dan perkantoran.
“Awalnya, saya banyak mendapat penolakan. Sulit sekali mencari lokasi yang cocok sambil tetap bekerja sebagai polisi,” kata Alex.
Namun, usaha keras Alex membuahkan hasil. Ia berhasil mendapatkan enam lokasi awal, termasuk di toko minuman keras, salon potong rambut, dan salon kecantikan.
Setelah mesin ATM beroperasi, Alex mendapatkan profit rata-rata US$ 200 (Rp 3 juta) per bulan dari satu mesin. Namun, ia menyadari bahwa lokasi toko minuman keras memberikan profit yang lebih besar, yakni sekitar US$ 250-500 (Rp 3,8-7,7 juta) per bulan.
“Saya memberikan waktu dua bulan untuk mengevaluasi setiap lokasi sebelum memutuskan apakah akan tetap di sana atau direlokasi,” ujar Alex.
Berdasarkan masukan dari mentornya, Alex memindahkan tiga mesin ATM dari salon ke supermarket dan toko minuman keras lain. Keputusan ini meningkatkan profitnya secara signifikan, mencapai US$ 600 (Rp 9,2 juta) per bulan dari satu mesin.
Dalam waktu enam bulan, mesin ATM Alex telah memberikan keuntungan sebesar US$ 3.000 (Rp 46 juta) per bulan untuk setiap mesin. Artinya, ia sudah bisa balik modal dalam waktu tersebut.
Untuk menambah jumlah mesin ATM, Alex memanfaatkan kartu kredit tanpa bunga. Ia membeli mesin langsung dari produsen, tanpa melalui agen, untuk menghemat biaya komisi.
Pada 2020, Alex sudah memiliki 30 mesin ATM yang menghasilkan keuntungan sekitar US$ 250-1.500 (Rp 3,8-23,3 juta) per bulan, dengan rata-rata gabungan mencapai US$ 9.000-12.000 (Rp 139-185 juta) per bulan.
Pada 2021, Alex menggandeng penyedia ATM untuk memperluas bisnisnya. Hal ini membuatnya lebih fleksibel dalam mengelola usaha.
“Pelajaran berharga yang saya ambil adalah teruslah berinvestasi pada diri sendiri,” kata Alex. “Semua ini berawal dari ide teman kerja saya. Saya mengejar ide itu, belajar lebih banyak, dan akhirnya mengeksekusinya hingga sekarang.”
sumber: https://www.cnbcindonesia.com/entrepreneur/20240908171553-25-570114/kisah-mantan-polisi-yang-kaya-raya-berkat-mesin-atm.






















