Headline.co.id, Jakarta – Fenomena Perang Harga Gegerkan Industri Makanan di China
Industri makanan dan minuman (F&B) di China tengah dilanda gelombang diskon harga besar-besaran. Potongan harga yang diberikan mencapai 50% dari harga normal.
“Harganya turun jadi sekitar setengahnya. Tahun lalu, biaya makan di sini rata-rata 150 yuan per orang,” ujar Sammy Chen, pelanggan sebuah restoran hotpot, kepada Channel News Asia, Kamis (22/8/2024).
“Sekarang, hanya perlu kurang dari 100 yuan,” imbuhnya.
Selain itu, Hefu Noodle membanderol harga mie mereka sekitar 16 yuan hingga 29 yuan per mangkuk. Jauh lebih murah dari harga awal pendirian pada tahun 2012, yang mencapai 40 yuan hingga 50 yuan.
Bahkan, restoran cepat saji asing seperti Burger King ikut serta dalam perang harga ini. Mereka memangkas harga makanannya hingga sepertiga dari harga normal, menjadi 9,9 yuan.
Diskon harga besar-besaran tersebut menarik banyak pelanggan. Restoran-restoran terus dipadati pengunjung dan antrean panjang terlihat selama jam-jam sibuk.
Namun, pengamat ekonomi menilai perang harga ini tidak sehat. Hal tersebut dapat merusak standar layanan, kualitas makanan, dan reputasi bisnis.
“Pemenangnya adalah mereka yang dapat beradaptasi dengan tren industri dan memenuhi permintaan konsumen dengan tingkat layanan yang baik,” ujar Daniel Zipser, pemimpin pekerjaan konsumen dan ritel McKinsey Asia.
Untuk bertahan hidup, bisnis F&B di China tengah mencari cara beradaptasi. Salah satunya melalui pembukaan toko waralaba dan ekspansi ke pasar baru di luar China.
Meski demikian, pilihan tersebut juga membawa tantangan tersendiri. Waralaba membutuhkan standar yang tinggi, sementara ekspansi bisnis mengharuskan mereka beradaptasi dengan budaya baru.
“Waralaba mungkin memungkinkan ekspansi yang lebih cepat dengan tekanan keuangan yang lebih sedikit, tetapi menuntut standar yang lebih tinggi dalam manajemen rantai pasokan dan pengawasan,” jelas Ashley Dudarenok, pendiri konsultan digital ChoZan di China.
Fenomena perang harga ini menjadi perbincangan di media sosial China. Warganet melontarkan candaan, “Harga hotpot turun lebih cepat ketimbang suhu kuahnya.”
Diskon harga besar-besaran ini dilakukan di tengah kesulitan ekonomi dan pasar tenaga kerja di China yang menekan daya beli konsumen.
sumber: https://www.cnbcindonesia.com/news/20240822204803-4-565699/muncul-fenomena-restoran-di-china-banting-harga-ada-apa.
















