Pemerintah Tetapkan Target Defisit Fiskal 2,53% pada RAPBN 2025, Dinilai Realistis
Jakarta, Headline.co.id – Peneliti senior Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Deni Friawan menilai penetapan target defisit fiskal sebesar 2,53% dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 merupakan langkah yang realistis.
Menurut Deni, penetapan defisit 2,53% menunjukkan disiplin fiskal yang bijaksana, mengingat pemerintah menghadapi beban pembayaran utang jatuh tempo sebesar Rp800,33 triliun pada tahun depan. “Disiplin fiskal saat ini patut diapresiasi karena sebelumnya kita mendengar defisit bisa mencapai 2,8% atau 3%,” kata Deni dalam paparan媒体terkait RAPBN 2025 di Jakarta, Senin (20/8/2024).
Dengan adanya utang jatuh tempo tersebut, ruang fiskal kian terbatas dan menyulitkan perubahan pembiayaan. Jika pemerintah menargetkan defisit lebih tinggi dari 2,53%, pasar berpotensi merespons negatif.
“Faktanya, begitu isu defisit yang lebih tinggi terdengar, rupiah dan IHSG langsung melemah. Jadi, target defisit fiskal dalam RAPBN cukup realistis dan sangat baik,” ujar Deni.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa defisit RAPBN 2025 sebesar 2,53% atau Rp616,2 triliun akan dijaga pada level yang aman. “Defisit akan terus dijaga relatif pada level yang aman,” kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers RAPBN 2025 di Jakarta, Jumat (16/8/2024).
Adapun penerimaan negara ditargetkan sebesar Rp2.996,9 triliun, naik dari proyeksi APBN 2024 sebesar Rp2.802,5 triliun. Penerimaan tersebut terdiri atas penerimaan perpajakan Rp2.490,9 triliun, PNBP Rp505,4 triliun, dan hibah Rp600 miliar.
Sementara itu, belanja negara ditetapkan sebesar Rp3.613,1 triliun, lebih tinggi dari proyeksi APBN 2024 sebesar Rp3.412,2 triliun. Belanja pemerintah pusat dalam RAPBN 2025 ditargetkan sebesar Rp2.693,2 triliun, yang terdiri atas belanja K/L Rp976,8 triliun dan belanja non-K/L Rp1.716,4 triliun.
sumber: https://www.antaranews.com/berita/4271267/csis-nilai-target-defisit-253-persen-dalam-rapbn-2025-cukup-realistis.























