HeadLine.co.id, (Jakarta) – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan terus berkoordinasi dengan Badan Kesehatan Dunia (WHO) terkait Virus COVID-19 atau Virus Corona . Hal ini diterangkan langsung oleh dr Achmad Yurianto selaku Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI.
“Tadi saya rapat dengan Prof Chandra dari WHO New Delhi dan Eijkman. Ada beberapa yang didiskusikan. Saya update kasus (virus COVID-19), baik di Indonesia maupun global,” ungkap Yurianto dalam jumpa pers, di gedung Kemenkes, Jakarta, Senin (17/2/2020).
Baca Juga: Gojek Indonesia Sediakan Fitur Baru Bayar SPP Sekolah
Dalam pertemuan tersebut, WHO mengatakan Indonesia sudah memiliki kapasitas standar laboratorium untuk pemeriksaan spesimen dan mendeteksi virus COVID-19.
Beberapa waktu lalu WHO juga telah mengunjungi Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Jakarta Pusat, untuk melihat alat-alat yang digunakan untuk pemeriksaan. WHO mengklaim langkah yang dilakukan pemerintah sesuai standar.
⠀
“WHO juga akan mengirimkan tim lagi untuk double check di pintu masuk karantina pelabuhan dan tata laksana penderita yang diawasi di rumah sakit. Sebab prosedurnya tidak semua, hanya yang mengarah ke COVID-19 seperti batuk dan panas,” tutur Yurianto.
Menurut Yuri, jika nanti ada yang menunjukkan gejala, maka akan dilakukan sampling pneumonia dan pengambilan spesimen. Lalu, spesimen tersebut diperiksa terkait kemungkinan adanya virus (COVID-19).
Baca Juga: Pendiri Bank OCBC NISP, Karmaka Surjaudaja Meninggal Dunia
⠀
“Peran WHO juga double check untuk pengambilan sampel dan pengiriman spesimen dari rumah sakit ke Balitbangkes. Tindakan yang dilakukan WHO bukan tidak yakin dengan pekerjaan kami, tetapi berkaitan IHR 2005 dan security agenda. Maka eksternal evaluation penting agar yakin quality control dan quality insurance bisa dipertanggungjawabkan,” tutup Yurianto.
Sebelumnya, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mengumumkan nama resmi untuk novel coronavirus yang mematikan dan pertama kali diidentifikasi di China. Jika sebelumnya disebut 2019-nCoV atau virus korona Wuhan, maka kini virus baru tersebut dinamakan COVID-19. Hal ini diungkapkan oleh Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus di Jenewa, 11 Februari 2020 lalu.