HeadLine.co.id, (Jakarta) – Sebuah riset di Harvard University baru-baru ini menyita perhatian masyarakat Indonesia. Riset tersebut menyatakan bahwa seharusnya virus corona sudah masuk Indonesia.
Fakta di lapangan berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa hasil uji spesimen dari 62 suspect virus corona, 59 orang dinyatakan negatif.
Sebagian penelitian menyebut bahwa alat yang dimiliki Indonesia belum bisa langsung mendeteksi novel coronavirus. Sehingga ada kemungkinan virus korona baru yang mewabah di Wuhan sudah masuk Indonesia, namun tidak terdeteksi.
Baca Juga: Jumlah Korban Virus Korona Capai 908 Orang, WHO Kirimkan Tim Guna Tangani Wabah
Hal itu dibantah oleh dr Achmad Yurianto selaku Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI. Ia menegaskan bahwa sejak akhir Januari lalu Indonesia sudah memiliki alat deteksi baru bernama Polymerase Chain Reaction (PCR) dimana alat tersebut bisa langsung mendeteksi novel coronavirus.
Ia juga menambahkan bahwa PCR tersebut juga digunakan oleh Singapore dan Australia. “Dalam sistem PCR ini kita hanya dihadapkan pada pilihan nCoV atau bukan, sehingga pemeriksaannya bisa lebih cepat, satu hari selesai, nggak tiga hari seperti kemarin,” ucapnya pada Senin (10/02).
Baca Juga: Cegah Virus Corona dengan Konsumsi Jahe Merah Secara Rutin
Terkait riset tersebut, dr Yuri justru menanyakan kebenaran dari studi tersebut. Ia mengatakan bahwa novel coronavirus adalah kasus baru sehingga perlu kajian lebih lanjut untuk memberikan suatu kesimpulan.
“Saya malah tanda tanya. Ini virus baru kok sudah ada studi bagaimana ceritanya. Kita belum bisa membuat simpulan tentang satu kajian yang masih on going. Bagaimana bisa disimpulkan, kan terlalu sakti. Enggak perlu ada kajian kalau begitu. Tetapi bagi kita yang penting bagaimana masyarakat jangan sampai sakit,” tuturnya.