Mengenal Arti dan Filosofi Mudik ~ Headline.co.id. Pada akhir bulan sudi ramadhan menjelang hari raya idul fitri kebanyakan masyarakat melakukan perjalanan menuju kampung halaman. perjalanan tersebut dilakukan setelah bertahun-tahun merantau ke kota atau tempat lain kemudian ingin melakukan mudik atau kembali ke kampung halaman. Lalu apa sih arti kata Mudik itu sendiri?
Baca juga: Cara Menghilangkan Sakit Kepala Berdenyut
Arti Kata Mudik
Secara etimologi sebagaimana yang ada dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) mudik adalah (berlayar, pergi) ke udik (hulu sungai, pedalaman); pulang ke kampung halaman.
Secara falsafah, mudik adalah suatu tindakan seseorang yang akan kembali pulang ke kampung halaman untuk suatu keperluan, khususnya saat menjelang lebaran. Hal ini dilakukan dengan berbagai alasan, terutama untuk merayakan hari raya setelah sekian lama merantau atau pergi dari lingkungan keluarga dan kampung halaman.
Baca juga: Contoh Surat Lamaran Kerja Tulis Tangan yang Menarik dan Benar
Ternyata anjuran merantau ntuk mencari pengalaman dan kehidupan yang lebih baik sangat dianjurkan dalam islam. Dalam Al-Quran, Allah swt berfirman, “Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. Al-Mulk: 15).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa kita dianjurkan untuk menjelajah seluruh penjuru bumi karena di sana akan kita dapatkan makna kehidupan yang sesungguhnya.
Di Indonesia sendiri, mudik tak hanya ritual tahunan, atau sekedar kampung halaman, namun mudik merupakan tentang cara kita menghargai kampung halaman, anak kelahiran dan bumi pijakan para leluhur.
Baca juga: Begini Cara Mudah Mengurus Sertifikasi Halal Gratis dari Pemerintah
Tak hanya itu dengan mudik tentunya juga sebagai silaturahmi kita terhadap orang tua, keluarga, teman kecil dan juga bahkan juga hanya untuk mengunjungi makam orang tersayang. Selain itu dengan mudik tentu akan menumbuhkan memori ingatan masa kecil kita bahwa di setiap sudut kampung kita memiliki berbagai kenangan indah yang tak akan terlupakan.
Apalagi yang di Kampung halaman dibesarkan dan dididik oleh orang tua tentunya di setiap sudut rumah di kampung halaman memiliki berbagai macam memori yang indah yang tak akan terlupakan. Bahkan kita tidak akan peduli dengan macet, panasnya terik mentari, bahkan mahalnya harga tidak semua itu rela kita lakukan agar kita bisa berkumpul bersama keluarga.
Baca juga: Kemenag Akan Lakukan Sidang Isbat Untuk Menetapkan Idul Fitri 1444 H
Selain itu mudik juga sebagai ajang silaturahmi, dalam islam silaturahmi juga menjadi bagian dari ketaqwaan kepada Allah SWT, berikut beberapa dalil tersebut:
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia menyambung hubungan silaturahmi.” (H.R. Bukhati & Muslim).
Baca juga: 7 Rekomendasi Jasa Arsitek Terbaik Indonesia 2023
Rasulullah sangat menganjurkan untuk menjalankan dan menjaga hubungan silaturahmi, mau itu dari hubungan yang mulai renggang ataupun yang masih harmoni, pada hadits berikut terdapat pembahasan mengenai menjaga hubungan silaturahmi:
“Silaturahmi bukanlah yang saling membalas kebaikan. Tetapi seorang yang berusaha menjalin hubungan baik meski lingkungan terdekat (kerabat) merusak hubungan persaudaraan dengan dirinya.” (H.R. Bukhari)
Baca juga: Lirik Lagu Maulana Ya Maulana Ya Sami Duana Opick Viral di Tiktok
Disisi lain, terdapat pula dalam Al – Qur’an Surah Al – Baqarah Ayat 83 mengenai anjuran berbudi baik kepada kerabat, sebagai berikut:
“Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak – anak yatim, dan orang – orang miskin. Dan bertuturkatalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah shalat dan tunaikanlah zakat.” Tetapi kemudian kamu berpaling (mengingkari) kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu (masih menjadi) pembangkang.” (Q.S Al – Baqarah : 83)
Baca juga: Cari Oleh-Oleh Khas Jogja? Ini Mataram Bakpia Kukus Yang Legit dan Mengoda
Filosofi Mudik
Ida Ruwaida, Sosiolog Universitas Indonesia, mengatakan, “Mudik lebaran merupakan gabungan antara budaya, sosial, dan ekonomi.” Hal ini diungkapkan oleh Ida dalam sebuah kesempatan saat wawancara dengan salah satu TV Swasta.
Baca juga: Mau Mudik? Ini Bacaan Doa Memohon Keselamatan di Perjalanan Agar Selamat Sampai Tujuan
Ida mengungkapkan bahwa mudik itu sendiri merupakan bagian dari budaya atau tradisi. Artinya para perantau yang telah sekian lama meninggalkan kampung halaman, berupaya sekuat tenaga untuk kembali pulang. Di samping sebagai obat rindu bagi keluarga, menunjukkan eksistensi diri juga bagian dari realitas keakuan. Bukan sebuah nilai kesombongan, akan tetapi bertemu dengan handai tolan dengan kondisi yang baik saja menjadi sebuah kebanggaan.
tak hanya itu, Syarif Yunus Dosen Unindra mengungkapkan bahwa Untuk mereposisi kembali hakikat HIDUP-nya. Mudik yang berpegang pada 4 filsafat hidup manusia.
- LEBARAN sebagai tanda “selesainya” kewajiban kita dalam berpuasa, tarawih, dan zakat.
- LUBERAN sebagai tanda “melimpahnya” rezeki kita untuk dibagikan kepada mereka yang membutuhkan.
- LEBURAN sebagai tanda “melebur kesalahan” dengan cara saling bermaafan.
- LABURAN sebagai tanda “memutihkan” diri untuk senantiasa menjaga kebersihan diri lahir dan batin.
Baca juga: Daftar dan Cara Daftar Paket Internet Telkomsel Murah
Terimakasih telah membaca Mengenal Arti dan Filosofi Mudik semoga bisa bermanfaat dan jangan lupa baca berita lainnya di Headline.co.id atau bisa juga baca berita kami di Google News